"Kami memangkas perkirakan pertumbuhan PDB untuk Indonesia dan Thailand. Prospek pemulihan di Filipina dan Malaysia juga membuat PDB ASEAN-6 menjadi lebih rendah," kata Ekonom DBS Group Radhika Rao, dilansir dari Mediaindonesia.com, Selasa, 27 Juli 2021.
Di Indonesia, pandemi menunda harapan pemulihan. Indonesia menghadapi lonjakan ulang kasus covid. Jumlah harian mencapai angka tertinggi dengan lebih dari 55 ribu penderita, sebelum kemudian berkurang menjadi sekitar 35 ribu pada minggu ini, menjadikan jumlahnya mendekati tiga juta.
Jumlah kasus baru covid-19 juga bertambah, sebanyak sekitar 300 ribu penderita dalam seminggu terakhir. Jakarta terus menyumbang sepertiga dari perhitungan nasional, Pulau Jawa dengan penduduk terbanyak menyumbang dua pertiga. Tingkat kematian (dalam persen dari total) rendah, tetapi laju kematian harian meningkat lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan gelombang awal 2021.
Varian delta, yang lebih mudah menular, tampaknya bertanggung jawab atas lonjakan ulang pandemi. Jumlah tes harian yang sekitar 55 per 1.000 tertinggal dari negara lain di kawasan ASEAN, 131 di Thailand dan 494 di Malaysia. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat level empat (PPKM level empat) diperpanjang hingga 2 Agustus, berlaku untuk pulau Jawa, Bali, dan 15 wilayah lain.
Sektor ekonomi formal telah melakukan penyesuaian secara lebih baik terhadap langkah pengetatan (lockdown-lite measures) karena kegiatan yang tidak terlalu penting dilakukan di luar rumah.
"Kami memperkirakan sekitar 30 persen dari kegiatan ekonomi, terutama kegiatan dengan kontak intensif, akan terpengaruh secara langsung," kata Rao.
Selain itu, permintaan konsumsi kemungkinan melemah pada triwulan II-2021 di tengah pembatasan lokal, dengan tabungan (DPK) Kemungkinan meningkat karena pembelian ditunda dan ketidakpastian pekerjaan meningkat. Pelaksanaan vaksinasi tetap menjadi fokus utama, dengan kemajuan lebih lambat dan bertahap dari yang diinginkan.
Pada pertengahan Juli, sekitar 15 persen dari penduduk telah menerima setidak-tidaknya satu dosis dan enam persen telah menerima dosis kedua. "Permintaan, yang diperkirakan melemah, kemungkinan akan meredam minat investasi swasta, yang turun 0,2 persen pada triwulan pertama 2021," kata Rao.
Namun, belanja anggaran pemerintah dan sektor eksternal menjadi titik terang. Pengiriman minyak dan gas meningkat kuat, 33 persen secara tahunan sejak 21 Januari-Mei, selain nonmigas, yang meningkat 40 persen secara tahunan. Sementara defisit migas sedikit melebar selama Januari-Mei, surplus nonmigas meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi USD15 miliar selama masa tersebut.
Pengeluaran fiskal tetap ekspansif, dengan pengeluaran naik 24 persen selama Januari-Mei 21 versus tiga persen pada periode sama tahun lalu. Sekitar 34 persen dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dari Rp699,4 triliun yang dianggarkan dicairkan bersamaan dengan perpanjangan insentif pajak. Walaupun beban fiskal lebih meningkat dan membebani keuangan negara, pemerintah memilih memanfaatkan saldo kas yang belum dibelanjakan sebesar Rp136 triliun pada Juni dibanding menambah utang baru.
Dengan demikian, penerbitan obligasi secara netto pada 2021 diperkirakan turun Rp283 triliun menjadi Rp924 triliun. Diperkirakan, Rp464 triliun terkumpul pada paruh pertama 2021. Itu secara efektif memastikan bahwa imbal hasil obligasi domestik (dan biaya pinjaman secara luas) tidak naik meskipun perlu untuk merangsang pertumbuhan.
"Dengan memperhitungkan hal tersebut, kami memperkirakan ekspansi kuartal-ke-kuartal (qtq)pada triwulan II-2021 akan diikuti oleh kontraksi pada III-2021, membuat pertumbuhan setahun penuh 2021 di angka 3,5 persen (yoy) lebih rendah dari ekspektasi kami sebelumnya, empat persen. Kami juga merevisi turun prakiraan inflasi 2021 dan 2022 menjadi 1,5 persen dan 2,2 persen," kata Rao.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News