medcom.id, Jakarta: Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mande mengatakan, sedikitnya 8.000 orang terdampak atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) gerai 7-Eleven (Sevel). Penutupan secara permanen dilakukan akibat bisnis ritel modren tersebut mengalami kerugian.
"Mereka jumlahnya hampir 2.000 pegawai jadi kalau misalnya kita kalikan dengan 4 orang, sudah hampir 8.000 orang yang terdampak dari PHK," kata Roy di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin 10 Juli 2017.
Menurutnya, penutupan Sevel menjadi persoalan baru bagi pemerintah DKI. Ikhwal pesangon dan masalah ketenagakerjaan lainnya masih diselesaikan di internal induk Sevel, PT Modern Internasional Tbk.
"Ini tentunya jadi suatu problem baru pemerintah DKI, karena mereka kan di DKI Jakarta. Masih di manajemen Sevel, kita belum tahu penyelesaiannya, tapi yang saya dapatkan informasinya di keterbukaan (publik) hampir 2.000 karyawan, dengan Sevel tutup ya enggak bekerja lagi," tutur dia.
Roy menambahkan, secara umum lesunya ritel di Indonesia terjadi karena melemahnya daya beli masyarakat. "Penyebab turunnya karena daya beli masyarakat," tandasnya.
Seperti diketahui, PT Modern International Tbk mengumumkan menutup seluruh gerai 7-Eleven pada akhir bulan ini. Gerai 7-Eleven dikelola Modern International melalui anak usahanya, yakni PT Modern Sevel Indonesia.
Dalam pengumuman resmi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat 23 Juni 2017, emiten berkode MDRN itu menyebutkan bahwa penutupan tersebut berkaitan dengan gagalnya kesepakatan penjualan franchise kepada PT Charoen Phokphand Restu Indonesia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id