Sri Mulyani menyebut kontraksi yang dialami Indonesia terbilang lebih baik. Pasalnya pada saat yang sama, negara-negara tetangga justru mengalami kontraksi lebih dalam, termasuk pertumbuhan ekonomi negatif yang dialami oleh negara maju.
"Negara-negara tetangga kita, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura kontraksi mereka jauh lebih dalam. Negara-negara maju mereka mengalami kontraksi bahkan lebih dari 20 persen," kata dia dalam Hari Ulang Tahun Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) ke-74 secara virtual, Sabtu, 3 Oktober 2020.
Meski begitu, pemerintah tetap berusaha agar kontraksi ekonomi nasional tidak jatuh lebih dalam lagi kedepannya. Bahkan, Ia menilai, pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat di kuartal III dan IV tahun ini, setelah kontraksi pada kuartal II-2020.
"Meskipun kontraksinya tidak dalam, untuk memulihkan ekonomi itu mulai terlihat di kuartal III dan kuartal IV. Kunci dari pemulihan ekonomi adalah tetap bisa mengatasi covid dan menjalankan kehidupan produktif dengan protokol kesehatan," ungkapnya.
Sri Mulyani sebelumnya memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 antara minus 2,9 persen sampai minus satu persen. Sedangkan tahun ini ekonomi diprediksi kontraksi di kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.
Walaupun ada penurunan kontraksi ekonomi dibandingkan kuartal sebelumnya, namun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami revisi ke bawah. Hal ini tak lepas dari perkembangan penanganan covid-19 oleh pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id