Direktur Peneliti Core Indonesia Mohammad Faisal mengungkapkan, meski BI rate telah diturunkan empat kali sejak awal tahun, namun tingkat suku bunga acuan Indonesia tercatat masih yang tertinggi di negara berkembang. Ia menilai, dengan kondisi itu maka masih ada ruang pelonggaran bagi penurunan BI rate.
"Malaysia itu lebih tinggi inflasi dari suku bunga acuannya. Padahal di kita itu inflasinya rendah. Jadi ruang penurunan suku bunga masih sangat terbuka," ujar Faisal, dalam diskusi Core Indonesia, Jalan Tebet Barat Dalam Raya, Jakarta Selatan, Rabu (20/7/2016).
Dia menilai, transmisi kebijakan penurunan BI rate ke sektor riil juga masih terkoreksi melambat. Tercatat sampai saat ini, suku bunga kredit masih bertahan di level 12,6 persen. Sementara untuk suku bunga deposito berada di level 7,6 persen pada Juni 2016.
Pada akhirnya, lanjut Faisal, tingginya suku bunga kredit memengaruhi tingkat permintaan kredit perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan tahunan hingga April hanya tercatat sebesar delapan persen. Ini merupakan tingkat pertumbuhan kredit terendah sejak lima tahun terakhir.
"Pada 2015, itu pertumbuhan kredit masih tumbuh double digit. Bahkan kredit di sektor pertambangan dan penggalian masih mampu tumbuh 10 persen," pungkas Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News