Selain aset yang mengalami peningkatan, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, surat utang berbasis syariah atau sukuk juga ikut berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam hal ini, sukuk menjadi salah satu instrumen yang cukup diminati oleh investor.
"Sukuk telah digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan dana dan mendorong proses pembangunan ekonomi," kata Bambang, dalam dialog bertema 'Sukuk untuk Pembiayaan Infrastruktur dan Strategi Keuangan Inklusif', dirangkaian agenda Sidang Tahunan ke-41 Islamic Development Bank (IDB), di JCC, Jakarta Selatan, Selasa (17/5/2016).
Bambang menjelaskan, pertumbuhan sukuk ini tidak terlepas dari banyaknya ragam dari instrumen sukuk yang terus dikembangkan. Beragamnya instrumen itu yang akhirnya memberikan banyak pilihan bagi investor untuk memilih sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas masing-masing.
Dahulu, lanjut Bambang, di awal-awal hanya ada ijarah, musharaka, dan mudaraba. Namun saat ini jenisnya diperluas seperti murabaha, salam, wakala, sukuk lainnya seperti hybrid sukuk, exchangeable sukuk, green sukuk, dan perpetual sukuk.
"Sekarang macam-macam pilihannya. Banyak. Sekarang yang paling baru ada wakala, dan sudah high blend," ujar Bambang.
Lebih jauh, Bambang menambahkan, banyaknya jenis sukuk tersebut sebenarnya ditujukan guna memudahkan pencari dana untuk dialokasikan kepada penyaluran pembiayaan, selain memang menawarkan risiko yang kecil dan keuntungan investasi yang stabil.
"Sekarang sukuk ini sudah cukup maju dalam mengakomodir banyak struktur. Tujuannya satu yaitu sukuk itu lebih mudah terutama dikaitkan dengan project financing," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News