Ilustrasi. Foto: dok MI/Ramdani.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Ramdani.

Pertumbuhan Ekonomi RI Tidak Merata, Berpotensi Memperlebar Ketimpangan!

M Ilham Ramadhan • 09 November 2022 18:41
Jakarta: Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 yang mencapai 5,72 persen dinilai tak dirasakan secara merata oleh seluruh kalangan masyarakat. Hanya segelintir golongan yang menikmati buah manis dari pertumbuhan tersebut.
 
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan, tidak meratanya dampak pertumbuhan ekonomi itu berpotensi memperlebar ketimpangan di Indonesia.
 
"Kalau ini dibiarkan, maka pada jangka panjang efeknya adalah pada rasio gini yang kembali melebar antara 20 persen kelompok paling kaya dengan 40 persen kelompok pengeluaran yang paling bawah dan ini tidak bagus," ujarnya saat dihubungi, Rabu, 9 November 2022.

Bhima mengatakan, pemilik usaha di sektor pertambangan menjadi salah satu kelompok yang paling menikmati dampak pertumbuhan ekonomi di kuartal III. Sebab, harga-harga komoditas seperti batu bara, nikel, dan mineral lainnya mengalami kenaikan harga sedari tahun lalu.
 
Sementara sektor industri manufaktur justru melemah akibat tren penurunan pertumbuhan ekonomi global. Akibatnya, sejumlah sektor di industri pengolahan terpaksa mengurangi jumlah pekerja melalui pemutusan hubungan kerja (PHK).
 
Padahal, masyarakat yang bekerja di sektor manufaktur masih terimbas oleh dampak pandemi. Kenaikan pendapatan atau upah yang diterima juga tak sebanding dengan tingkat inflasi nasional saat ini.
 
Alih-alih ikut menikmati dampak pertumbuhan ekonomi, masyarakat di kelompok tersebut justru terjebak dan terancam jatuh ke dalam kemiskinan. "Kelompok ini lah yang tidak menikmati angka pertumbuhan 5,72 persen," kata Bhima.
 
"Ini juga dikonfirmasi dari data orang kaya di Indonesia, pada saat pandemi meningkat menjadi 171 ribu orang. Jadi ada kenaikan orang kaya di saat sebenarnya sektor yang menyerap tenaga kerja besar seperti manufaktur itu mengalami tekanan," lanjutnya.
 
Baca juga: Jaga Pertumbuhan, Pemerintah Didorong Dukung Konsumsi dan Investasi

 
Upah stagnan, kehilangan pekerjaan, dan dampak pandemi yang masih terasa dinilai memukul kelompok masyarakat menengah ke bawah. Ini juga dinilai berimbas pada kemampuan daya beli kelompok masyarakat tersebut.
 
Guna mengantisipasi pelebaran tingkat ketimpangan, kata Bhima, pemerintah harus mampu memperkuat sektor manufaktur. Ini juga dibarengi dengan paket stimulus secara menyeluruh untuk mencegah terjadinya PHK.
 
Selain itu, pengambil kebijakan juga dinilai perlu meluncurkan paket kebijakan yang berisi berbagai relaksasi. Beberapa diantaranya, kata Bhima, yakni, pertama, penurunan tarif PPN dari 11 persen menjadi delapan persen untuk mendorong belanja kelas menengah atas.
 
Kedua, mendorong BSU bagi sektor padat karya dan pekerja sektor informal. Ketiga, menambah dan memperluas bansos tunai bagi kelompok menengah rentan agar ketimpangan tidak makin melebar. Keempat, mengendalikan inflasi melalui penurunan harga BBM jenis subsidi, dan pengendalian inflasi pangan lewat koordinasi pemda, BUMN dan sektor swasta.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan