"Pada dialog iklim, kami telah membahas percepatan dan transisi yang adil ke energi berkelanjutan dan Ocean 20, keuangan biru, dan mencari modal untuk lautan,” katanya, saat hadir secara daring dalam Tri Hita Karana Forum Climate Road To G20 Dialogue, dilansir dari Antara, Jumat, 2 September 2022.
Pesan yang jelas dari musyawarah hari ini, lanjutnya, terkait prioritas penyesuaian transisi energi dan energi yang terjangkau, serta memastikan manfaat dan biaya terdistribusi secara merata. Airlangga menyampaikan, pada Presidensi G20 Indonesia, dunia tengah berada dalam kondisi kritis karena harus menghadapi tantangan makro ekonomi global dan krisis iklim.
"Dalam situasi yang menantang ini, kepemimpinan Indonesia sebagai Presidensi G20 menjadi lebih penting dari sebelumnya. Indonesia memiliki keunikan dalam keragaman, alam, manusia dan modal ekonomi,” ujarnya.
Baca: Upaya KAI Dorong Pemasaran UMKM Binaan |
Selama dekade terakhir pun, Pemerintah Indonesia juga telah menunjukkan kemitraan lokal dan global sebagai pionir implementasi desain dan prinsip solusi keuangan yang inovatif dan terpadu.
Selain itu, Airlangga menuturkan bahwa laut merupakan ekosistem terbesar di bumi yang merupakan sumber makanan utama bagi hampir separuh populasi dunia dan merupakan rumah bagi sekitar 80 persen keanekaragaman hayati planet. Industri besar seperti perkapalan, perikanan budidaya, dan wisata pesisir juga bergantung pada kondisi laut.
Namun, pesatnya pembangunan yang tidak menerapkan keberlanjutan dapat menyebabkan risiko lingkungan dan hilangnya kelestarian alam. Oleh karenanya diperlukan blue carbon untuk menjaga keberlangsungan ekosistem laut
“Mengamankan blue carbon dan Blue Halo S adalah komponen kunci dari visi ini. 70 persen cadangan blue carbon dunia terdapat di Indonesia, 3,2 hektar Mangrove, dan tiga juta seagrass,” sebutnya.
Airlangga yakin dengan perkiraan nilai tahunan blue economy sebesar USD2,5 triliun mampu secara progresif menarik investor, asuransi, bank, dan pembuat kebijakan sebagai sumber kekayaan baru.
“Tantangannya adalah bagaimana memperluas sustainability dan ini akan membutuhkan sektor swasta untuk berpartisipasi. Di sinilah blended finance dapat menjadi kunci untuk mencapai tujuan melalui pendekatan inovatif seperti konsep Blue Halo S,” tutup Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News