Director of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, indikator makro Indonesia yang menunjukan angka-angka positif saat ini bukan mencerminkan keseluruhan ekonomi Tanah Air.
"Jangan lengah dengan pertumbuhan ekonomi dan indikator makro Indonesia saat ini," katanya kepada Medcom.id, Kamis, 20 Oktober 222.
Baca juga: Jokowi: Indonesia Titik Terang di Tengah Kesuraman Ekonomi Dunia |
Sebagai contoh, ia menyebutkan, efek dari krisis energi membuat harga komoditas indonesia naik pesat dan mendorong terjadinya kenaikan surplus perdagangan.
Namun, OPEC sebagai organisasi penghasil minyak tetap saja mewanti-wanti akan adanya penurunan permintaan komoditas terutama minyak mentah.
"Kalau terjadi resesi global membuat harga komoditas ekspor unggulan Indonesia menurun. Bukan tidak mungkin efeknya terhadap stabilitas ekonomi," ujarnya.
Dia bilang, jika situasi itu terjadi indikator-indikator makro yang positif bisa berubah drastis dalam waktu singkat.
Saat ini, ia melanjutkan konsumsi rumah tangga juga sudah menunjukkan adanya tekanan. Indeks keyakinan konsumen meski diatas level 100 tapi menurun ke 117,2 pada September 2022.
"Sinyal konsumsi tertekan karena naiknya harga BBM dan harga kebutuhan pangan perlu diwaspadai," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News