Ekonomi Indonesia. Foto : MI.
Ekonomi Indonesia. Foto : MI.

Pemahaman Stagflasi dan Dampaknya ke Pemulihan Ekonomi Nasional

Arif Wicaksono • 08 Juni 2022 19:33
Jakarta: Bank Dunia dalam Laporan Prospek Ekonomi Global terbarunya memaparkan invasi Rusia ke Ukraina telah memperbesar perlambatan ekonomi global. Bahkan, semakin memperparah kerusakan akibat pandemi covid-19.
 
Kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi semakin berlarut-larut melemah, sehingga membuat inflasi menjadi meningkat. Hal ini meningkatkan risiko stagflasi, dengan konsekuensi yang berpotensi membahayakan bagi ekonomi berpenghasilan menengah dan rendah.
 
"Perang di Ukraina, penguncian di Tiongkok, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan (ekonomi). Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," kata Presiden Grup Bank Dunia David Malpass dalam siaran persnya, Rabu, 8 Juni 2022.
 
Lalu apakah stagflasi?
 
Stagflasi adalah istilah dari stagnasi dan inflasi yang berarti situasi ekonomi akan stagnan saat inflasi naik. Stagflasi disebabkan perang Ukraina, lonjakan biaya-biaya komoditas dan perlambatan ekonomi Tiongkok menciptakan ketidakpastian yang signifikan.

Dikutip dari Investopedia, Rabu, 8 Juni 2022, istilah stagflasi pertama kali digunakan pada 1960-an selama masa tekanan ekonomi di Inggris oleh politisi Iain Macleod ketika dia berbicara di House of Commons.

Dampak ekonomi

Istilah ini kemudian digunakan lagi untuk menggambarkan periode resesi pada 1970-an ketika AS mengalami resesi yang melihat lima perempat pertumbuhan PDB negatif. Inflasi berlipat ganda pada 1973 dan mencapai dua digit pada 1974; pengangguran mencapai sembilan persen pada Mei 1975.
 
Stagflasi menyebabkan munculnya indeks kesengsaraan. Indeks ini, yang merupakan penjumlahan sederhana dari tingkat inflasi dan tingkat pengangguran, berfungsi sebagai alat untuk menunjukkan betapa buruknya perasaan orang ketika stagflasi menghantam perekonomian.
 
Stagflasi bisa disebabkan ketika kenaikan tiba-tiba dalam biaya minyak mengurangi kapasitas produktif perekonomian. Pada Oktober 1973, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengeluarkan embargo terhadap negara-negara Barat.
 
Hal ini menyebabkan harga minyak dunia naik secara dramatis, sehingga meningkatkan biaya barang dan berkontribusi pada peningkatan pengangguran. Karena biaya transportasi naik, biaya produksi menjadi lebih mahal dan harga naik bahkan ketika orang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
 
Melihat situasi terkini stagflasi bisa menurunkan daya beli masyarakat karena tertekan kenaikan harga minyak dan komoditas. Tekanan ini kerap menekan negara-negara pembeli komoditas seperti minyak, CPO dan batu bara. Sebaliknya ini bisa menguntungkan negara-negara yang mengekspor komoditas.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan