"Proyeksi inflasi yang lebih tinggi pada 2022 didorong meningkatnya permintaan dan pemulihan ekonomi domestik," sebut tim riset, dalam risetnya, dikutip Rabu, 2 Maret 2022.
Tim riset menjelaskan inflasi yang meningkat namun terkendali dapat mendukung kebijakan bank sentral untuk tetap menjalankan kebijakan moneter yang akomodatif di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi akibat tensi geopolitik dan respons terhadap normalisasi kebijakan bank sentral dunia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi pada Februari 2022. Penurunan harga terjadi pada dua kelompok pengeluaran di dalam IHK sehingga menghasilkan deflasi sebesar 0,02 persen (mom) pada Februari 2022.
Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yaitu inflasi sebesar 0,01 persen (mom), sedangkan Januari 2022 inflasi tercatat sebesar 0,56 persen (mom). "Dua kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang turun 0,84 persen (mom).
"Dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang turun 0,04 persen," kata BPS.
Adapun penurunan harga kelompok makanan dan minuman dipengaruhi oleh turunnya harga minyak goreng, telur ayam ras, cabai rawit, daging ayam ras, dan ikan segar. Sementara inflasi bulanan tertinggi terjadi di kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,6 persen (mom) diikuti oleh kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,53 persen (mom).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News