"Kalau memang yang mulia Presiden SBY mau meninggalkan legacy yang dikenang oleh banyak pihak dengan keberanian mengambil risiko, ya jangan menyisakan bom waktu pada pemerintahan baru, kalau memang mau membantu," tutur Deputi Rumah Transisi, Akbar Faizal, di Jakarta, Senin (18/8/2014) malam.
Sebut saja kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dinilai relatif tertutup ruang untuk itu. Dirinya menghitung bukan lagi kenaikan sebesar Rp1.500-Rp1.600, tapi bisa sampai Rp3.000 jika mau memberikan ruang yang cukup dengan jepitan di ruang fiskal ini.
"Tapi kayanya dibutuhkan bahasa yang lebih wise (bijaksana) kepada pemerintah. Akan sangat elegan jika pemerintah memberikan ruang dengan sedikit mengambil risiko," tambah dia.
Menurut dia, kondisi inilah yang akan diwariskan ke pemerintahan mendatang, dengan risiko yang sangat besar. Di mana belum tentu semua permasalahan tersebut terselesaikan sehingga harus ada kerja sama antara pemerintahan baru dengan yang lama.
"Sekali lagi kami menghormati putusan MK, sebenarnya kita sudah tahu gugatan itu. Kami sudah membaca RAPBN," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News