Ilustrasi (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Ilustrasi (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

2 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK

Ketergantungan Barang Impor Buat Indonesia Sulit Capai Kemandirian Ekonomi

Angga Bratadharma • 20 Oktober 2016 15:00
medcom.id, Jakarta: Institute for Development of Economic and Finance (Indef) mencatat ketergantungan Indonesia terhadap barang impor dari waktu ke waktu semakin tinggi dan menyebabkan kemandirian ekonomi sulit dicapai. Bahkan, impor pangan menunjukkan adanya peningkatan yang semakin signifikan selama 2015 dan 2016, utamanya di semester I-2016.
 
Selain impor pangan yang menunjukkan adanya peningkatan, Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus menilai, volume impor migas juga menunjukkan adanya peningkatan di sepanjang 2016. Bahkan, Indonesia semakin diserbu oleh produk industri negara lain di mana tercermin dari melonjaknya impor barang konsumsi yang meningkat 12,80 persen di Januari-September 2016.
 
Baca: Dua Tahun Jokowi-JK, Darmin: PR Ekonomi RI Masih Banyak Menanti

"Pada Januari-Desember 2014 dan Januari-Desember 2015, impor bahan pangan strategis Indonesia untuk beras itu nilainya kurang lebih USD300 ribuan. Sementara di Januari-Juli 2016, nilai impor untuk beras sudah USD447 ribu. Ini sudah tinggi sekali," kata Heri, di Kantor Indef, Kamis (20/10/2016).
 
Heri menilai, kondisi semacam itu membuat Indonesia sulit memiliki kemandirian ekonomi. Apalagi, hal ini diperparah dengan industri dalam negeri yang mengalami kontraksi. Industri domestik cenderung mengalami pelambatan yang ditandai oleh daya serap impor bahan baku dan barang modal yang menurun di sepanjang 2016.
 
"Impor bahan baku di sepanjang 2016 menurun, tapi sementara itu impor barang modal juga turun 12,6 persen. Ini artinya indsutri domestik mengalami kontraksi. Adapun penurunan kinerja industri dalam negeri tercermin pula dari berkurangnya jumlah perusahaan industri di dalam negeri," tegas Heri.
 
Ketergantungan Barang Impor Buat Indonesia Sulit Capai Kemandirian Ekonomi
Suasana konferensi pers Indef tentang dua tahun Pemerintahan Jokowi-JK (Foto: MTVN/Angga Bratadharma)
 
Di sisi lain, masih kata Heri, kemandirian ekonomi sulit tercapai lantaran minimnya pengamanan pasar domestik dari serbuan impor. Derasnya aliran impor barang konsumsi dan melemahnya daya saing industri domestik salah satunya disebabkan oleh minimnya kebijakan pengamanan pasar domestik yang tercermin dari kuantitas Non Tariff Measures (NTMs).
 
Baca: Dua Tahun Jokowi-JK, Pembangunan Infrastruktur Merata
 
"Jika dibandingkan dengan kebijakan NTMs Amerika Serikat (AS) atau Tiongkok maka Indonesia jauh lebih sedikit dengan hanya memiliki 272 jenis NTMs. Sementara AS dan Tiongkok masing-masihg sebanyak 4.780 dan 2.194 NTMs," pungkas Heri.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan