"Dengan repatriasi dan capital inflow, tahun ini surplus secara keseluruhan bisa USD10 miliar atau bahkan lebih," kata Mirza dalam seminar "Arah Kebijakan Bank Indonesia 2017" di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Kamis (1/12/2016).
Sepanjang 2016, neraca pembayaran Indonesia mencatatkan tren positif dengan keberlanjutan surplus di pertengahan tahun setelah defisit akibat pukulan ekonomi eksternal pada 2015.
Hanya pada kuartal I-2016, neraca pembayaran defisit sebesar USD300 juta. Kesenjangan itu karena masih lemahnya kinerja neraca perdagangan dan belum membaiknya arus modal asing. Di kuartal II-2016, neraca pembayaran telah surplus sebesar USD2,2 miliar dan selanjutnya pada kuartal III-2016, neraca pembayaran berlebih USD5,5 miliar.
Mirza meyakini dana repatriasi dari amnesti pajak akan semakin menggeliat hingga akhir tahun. Di akhir 2016, diperkirakan komitmen repatriasi sebesar Rp140 triliun di periode I amnesti pajak (Juli-September 2016) bisa terealisasi.
Selain itu, Mirza juga melihat tren surplus neraca perdagangan hingga November 2016 akan memperkecil defisit transaksi berjalan. Di kuartal III-2016, defiist transaksi berjalan mengecil menjadi 1,8 persen terhadap PDB atau sebesar USD4,5 miliar.
Mirza meyakini defisit transaksi berjalan sepanjang 2016 akan berada di 2-2,5 persen dari PDB. Neraca pembayaran merupakan indikator kegiatan transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan penduduk mancanegara. Transaksi NPI mencakup transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi finansial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News