Ilustrasi amnesti pajak. (Foto: Antara/Agung Rajasa).
Ilustrasi amnesti pajak. (Foto: Antara/Agung Rajasa).

Proyeksi 2017

Menanti Perbaikan Ekonomi di 2017

Eko Nordiansyah • 30 Desember 2016 10:05
medcom.id, Jakarta: Perbaikan kondisi ekonomi di tahun ini diharapkan terus berlanjut di 2017. Selain untuk menjaga ritme agar pertumbuhan ekonomi terus meningkat, perbaikan ekonomi akan semakin meyakinkan dunia internasional jika Indonesia memiliki stabilitas ekonomi yang baik.
 
Dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, disepakati jika target pertumbuhan ekonomi pada level 5,1 persen. Meski lebih rendah dari target tahun ini tapi target tersebut lebih tinggi jika dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2016 sebesar 5,02 persen.
 
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan optimismenya terhadap perekonomian Indonesia ke depan. Jokowi menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih pada posisi yang sangat baik jika dibandingkan dengan negara lain.

"Kalau kita lihat, sebetulnya pertumbuhan ekonomi di negara kita pada kuartal I-2016 itu 4,94 persen. Lalu kuartal II-2016 itu 5,18 persen, dan kuartal III-2016 itu 5,02 persen. Saya kira dibandingkan dengan negara lain kita masih pada posisi yang sangat baik. Kenapa kita begitu pesimistis?" kata Jokowi.
 


 
Dirinya menambahkan, indikator perekonomian lain seperti inflasi dan defisit transaksi berjalan berada pada tingkat yang terkendali. Meski demikian, masih terdapat tantangan perekonomian. "Hanya dengan optimisme kita bisa melalui tantangan dan rintangan-rintangan tersebut," lanjut Jokowi.
 
Untuk merealisasikan target pertumbuhan ekonomi tersebut, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut jika kuncinya adalah mendorong pertumbuhan investasi. Meski begitu ada hal lain yang tetap perlu dijaga pemerintah untuk menggerakan roda perekonomian di 2017.
 
"Tapi kuncinya satu, adalah kita harus mendorong investasi tumbuh di atas enam persen. Di samping harus menjaga konsumsi melalui menjaga inflasi, serta berupaya memperbaiki kinerja ekspor," kata Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.
 
Sementara untuk inflasi tahun depan, pemerintah memproyeksikan jika inflasi berada di level empat persen. Tak jauh berbeda Bank Indonesia (BI) menyebut jika inflasi akan berada pada kisaran empat plus minus satu persen.
 
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan asumsi makro yang dibuat pemerintah merupakan angka yang realistis. Target ini juga telah mempertimbangkan kondisi perekonomian dan tantangan yang tengah dihadapi dunia.
 
"Pemerintah menilai proyeksi makro itu realistis. Sudah mengikuti perkembangan ekonomi global dan kebijakan pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan sustainable," ujar dia.
 


 
Optimisme prospek ekonomi tahun depan juga disampaikan Deutsche Bank. Chief Country Officer Deutsche Bank Kunardy Lie mengatakan, terdapat enam indikator yang perlu dipertahankan pemerintah. Keenamnya adalah stabilitas makroekonomi, reformasi pajak, cost of doing business, infrastuktur, kesehatan, dan pendidikan.
 
"Kita harus menjaga momentum ini, supaya semua lancar. Dalam hal infrastruktur kan lama berjalan tapi ini jangan ditunda lagi, dan kita sebagai masyarakat, saya kan punya andil di luar untuk bisa berikan dana," kata Kunardy.
 
Kendati demikian, Presiden Jokowi menegaskan jika ada tiga hal lain yang perlu dibenahi dalam pengembangan ekonomi Indonesia. Pertama, pemberantasan korupsi dan pungutan liar. Kedua, inefisiensi birokrasi. Ketiga, ketertinggalan infrastruktur.
 
"Program-program deregulasi pemerintah dilakukan untuk menjawab tantangan dalam ketiga aspek tersebut. Apabila hal tersebut dapat diselesaikan, Indonesia akan memiliki sebuah fondasi yang kuat untuk tinggal landas menuju level yang lebih baik," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan