Misalnya saja untuk pertumbuhan ekonomi, pemerintah menargetkan tahun depan mencapai 5,3 persen. Padahal sebelumnya pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,6 persen, kemudian turun ke 5,4 persen dan diturunkan lagi menjadi 5,3 persen.
"Kalau tadi 5,3 persen kami sampaikan realistis dan optimistis namun pemerintah mengatakan downward risk meningkat dibandingkan waktu kita bahas dengan dewan semester I lalu," kata dia dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar), di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa, 4 September 2018.
Dirinya menambahkan, target pemerintah juga masih dalam rentang Bank Indonesia (BI) sebesar 5,1-5,5 persen. Hal ini sebagaimana yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, namun tetap membuat pemerintah berupaya mencapai target tersebut apapun situasinya.
"Tahun lalu, kami asumsi yang ada dalam UU APBN hampir nyaris semua tercapai padahal di situasi tidak terlalu mudah buat kami. Dan yang sekarang ini dengan penetapan asumsi dalam siklus pembahasan dengan dewan, kita bahas mulai dari pokok kebijakan fiskal, kita meneliti di masing-masing asumsi tersebut," jelas dia.
Sri Mulyani tak menampik risiko yang ada pada tahun depan akan tetap ada, meski dengan sedikit penurunan. Ini juga menjadi perhatian karena pemerintah juga akan mengambil langkah meredam gejolak, yang kemungkinan akan berdampak pasa sektor lainnya.
"Kami mengakui downward risk meningkat terutama dari sisi konsumsi rumah tangga kita asumsi 5,1 persen itu cukup ambisius karena dari sisi neraca pembayaran kita perlu melakukan koreksi, termasuk langkah-langkah untuk mengendalikan impor itu pasti terkena dua yaitu konsumsi dan investment," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id