Airlangga mengungkapkan rangkaian pertemuan G20 sudah dilaksanakan dalam situasi pandemi covid-19 selama tiga Presidensi mulai dari Arab Saudi hingga Italia. Sementara memulai Presidensi G20 Indonesia kali ini, muncul ancaman covid-19 varian baru, yaitu B.1.1.529 atau omicron.
"Indonesia akan memasuki tahun ketiga dari pandemi, tentu kita berharap ada hasil yang lebih konkret yang keluar dari G20 kepemimpinan Indonesia. Dan kita ketahui dunia saat ini diancam oleh varian baru yaitu omicron," kata dia, dalam video conference, Selasa, 7 Desember 2021.
Ia menambahkan, kemunculan omicron ini juga menunjukkan adanya ketimpangan akses terhadap vaksin diantara negara-negara di dunia. Pasalnya omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan memiliki realisasi vaksinasi yang relatif rendah dibandingkan dengan realisasi di negara-negara maju.
"Omicron ini menunjukkan adanya ketimpangan vaksin antara negara maju dan negara berkembang. Sebagaimana kita ketahui omicron ini pertama kali muncul dari negara berkembang, yaitu dari Afrika Selatan yang vaksinasi rate-nya baru 24 persen dan seluruh Afrika baru rata-rata tujuh persen," ungkapnya.
Menganggu kehidupan masyarakat
Menurut Airlangga, pandemi covid-19 yang tidak kunjung selesai ini akan menganggu kehidupan masyarakat dan mengganggu upaya pemulihan ekonomi. Saat ini pembukaan kegiatan ekonomi masih tergantung pada bagaimana menangani pandemi termasuk varian baru dan bagaimana dunia tidak panik menghadapi varian baru tersebut."Kolaborasi global melalui G20 kita berharap bisa membuat langkah-langkah terobosan dan langkah ini merupakan langkah yang lebih kuat dan konkret, karena selama ini kita menangani secara individual masing-masing negara. Presidensi G20 menunjukkan kepemimpinan Indonesia atau leadership di global dan menjawab berbagai tantangan yang ada," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News