Ekonom CORE Indonesia Adhamaski Pangeran mengatakan, penurunan harga minyak berpengaruh terhadap penerimaan APBN. Bahkan, sensitivitas penurunan USD1 per barel harga minyak dapat memengaruhi pendapatan negara Rp3,5 triliun sampai Rp3,9 triliun dan belanja negara Rp2,5 triliun hingga Rp3,6 triliun.
"Bila diasumsikan harga minyak dunia berada pada USD38, maka defisit fiskal diperkirakan membengkak menjadi Rp276,8 triliun hingga Rp285,2 triliun," kata Adham, di Warung Bejo, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (29/3/2016).
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah diharapkan bisa memotong anggaran belanja negara, meski dengan kondis ekonomi yang belum pulih seperti sekarang ini bukan jalan terbaik. Apalagi jika berkaca pada pada negara-negara Eropa.
Dirinya menambahkan, setelah krisis finansial di 2008, negara-negara Eropa berkomitmen untuk mendorong kebijakan counter-cyclical. Namun, hanya sampai pertengahan 2010 mereka sudah mengubah haluan menjadi kebijakan fiskal ketat (austerity).
"Dengan situasi ekonomi masih belum sepenuhnya membaik, pengetatan fiskal tersebut sekarang justru membuat permintaan swasta menjadi jauh lebih rendah daripada masa sebelum krisis terjadi," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id