"Paling maksimal itu ya sekitar tiga persen Karena perekonomian kita itu bolong di triwulan III karena varian delta, dan triwulan I masih negatif," ujarnya kepada Media Indonesia, Selasa, 4 Januari 2022.
Indef, kata Abdul, memprediksi ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh di kisaran 3,3 persen hingga 3,4 persen sepanjang 2021. Sedangkan pada triwulan IV 2021, ekonomi diprediksi hanya tumbuh di kisaran empat persen.
Rendahnya prediksi pertumbuhan itu dilandasi pada lambatnya laju pergerakan indikator ekonomi di 2021. Dari sisi permintaan misalnya, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi tidak menunjukkan peningkatan signifikan sejak covid-19 varian delta merebak.
Satu-satunya yang memiliki pertumbuhan tinggi dari sisi permintaan hanya ekspor dan impor. Itu pun, kata Abdul, tertolong karena naiknya harga sejumlah komoditas andalan Indonesia. Padahal, kontributor terbesar terbesar dari sisi permintaan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ialah konsumsi rumah tangga.
"Konsumsi rumah tangga justru tertekan karena kenaikan harga bahan baku makanan. Masalahnya, kalau konsumsi rumah tangga ini tidak tumbuh signifikan, atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi, maka target pertumbuhan ekonomi itu tidak akan tercapai. Karena kontribusi mereka itu sekitar 56-58 persen dari PDB," jelas Abdul.
Sedangkan dari sisi penawaran, lanjutnya, ekonomi Indonesia amat bergantung pada industri pengolahan yang kontribusinya terhadap PDB berkisar 19 persen. Namun sayangnya, sektor tersebut belum pulih secara optimal dan belum berkontribusi cukup signifikan pada perekonomian.
Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan impor bahan baku/penolong yang belum begitu tinggi. Dus, aktivitas industri manufaktur belum setinggi yang diperkirakan. Selain itu pertumbuhan kredit industri pengolahan cenderung berada di bawah kredit konsumsi. Karenanya angka logis untuk perekonomian Indonesia sepanjang 2021, kata Abdul, berada di kisaran tiga persen.
"Prediksi kami memang tidak jauh dari situ, dan itu menurut saya logis, karena ada varian omikron juga. Jadi yang awalnya kita berharap topangan dari sektor pariwisata mulai pulih, ternyata belum bisa pulih," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh 3,7 persen sepanjang 2021. Angka itu menurutnya masih berada pada kisaran proyeksi pemerintah yakni 3,5-4 persen. Namun Abdul menilai angka itu masih terlalu tinggi dan diprediksi tak akan tercapai.
"Jadi sebetulnya angka di 3,7 persen itu sebenarnya menurut saya masih terlalu tinggi. Artinya apakah lima persen di triwulan IV itu bisa menutupi yang sebelum-sebelumnya, saya pikir belum," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News