"Kita tetap mengharapkan untuk kuartal I ini cukup baik, tadi dikatakan sekitar lima persen. Kita berharap memang lima persen atau bahkan sedikit di atas lima persen," kata dia dalam video conference, Senin, 28 Maret 2022.
Meski begitu, Sri Mulyani menyebut saat ini pemerintah mewaspadai gejolak harga pangan dan energi serta kenaikan inflasi yang akan menekan sektor keuangan global. Menurut dia, risiko yang ada pada tahun ini berbeda dibandingkan risiko pandemi dalam dua tahun terakhir yang bisa menekan pemulihan ekonomi.
Pada kuartal I-2021, pertumbuhan ekonomi tercatat masih kontraksi 0,7 persen. Kemudian ekonomi mengalami lonjakan mencapai 7,07 persen di kuartal II, tumbuh 3,51 persen di kuartal III, dan kembali meningkat jadi 5,02 persen di kuartal IV. Total keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun lalu mencapai 3,69 persen.
"Kuartal II mungkin kita harus betul-betul melihat mometumnya. Tadi guncangan harga komoditas sangat tinggi, namun di sisi lain kita berharap masyarakat dengan mobilitas di hari Ramadan dan Lebaran nanti bisa menjadi penopang tanpa menimbulkan outbreak covid," ungkapnya.
Sementara untuk kuartal II tahun ini, ia berharap momentum Ramadan dan Idulfitri diharapkan bisa mendukung pemulihan ekonomi jadi semakin kuat. Namun Sri Mulyani juga mengingatkan bahwa risiko pandemi covid-19 tetap masih ada sehingga masyarakat diminta untuk mewaspadai hal tersebut.
"Kalau itu terjadi kita akan bisa menjaga untuk pemulihan di kuartal nanti. Kita berharap dengan mobilitas tinggi, dengan masyarakat bisa melakukan kegiatan silaturahmi sambil berkonsumsi, maka seluruh kegiatan dan degup ekonomi itu akan melonjak atau meningkat namun risiko covidnya harus dijaga," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News