"Dari sisi pembiayaan, kita gunakan seluruh sumber pembiayaan konvensional maupun kemungkinan terjadinya sumber non-konvensional yang butuh landasan hukum baru. Itu semua termasuk dalam kajian kita, termasuk yang kami sampaikan ke Presiden," kata dia, dalam video conference, di Jakarta, Selasa, 24 Maret 2020.
Dirinya menambahkan pemerintah memiliki opsi untuk menerbitkan surat utang baik secara reguler, melalui private, ataupun sumber lainnya, termasuk menjaga agar surat berharga pemerintah tidak mengalami tekanan di tengah pandemi virus korona (covid-19).
"Itu opsi semua kita buka supaya pemerintah punya pilihan apabila defisit meningkat, maka kita memiliki sumber pembiayaan yang aman," ungkap dia.
Tak hanya itu, Bank Indonesia (BI) juga melakukan langkah dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) di bawah 12 bulan. Bahkan bank sentral telah mengeluarkan Rp168,2 triliun untuk pembelian SBN.
Sri Mulyani menyebutkan, sumber pembiayaan multilateral maupun bilateral juga tersedia untuk menutup defisti APBN tahun ini. Pemerintah telah membuka pembicaraan baik dengan Asian Development Bank (ADB), Bank Dunia, hingga Dana Moneter Internasional (IMF).
"Untuk melihat mana financing terbaik, agar Indonesia bisa respons dengan biaya sekecil mungkin dan risiko kecil. Bilateral juga ditingkatkan, baik dari negara yang selama ini mendukung maupun kita melihat negara lain bagaimana mengatasi financing deficit yang besar," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News