Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan di tengah penerimaan negara yang masih rendah, pemerintah memilih untuk merealokasi dan refocusing anggaran belanja demi kepentingan yang lebih mendesak. Hal ini ditujukan agar defisit anggaran tetap terjaga.
"Kita pastikan belanjanya enggak naik dengan demikian jumlah nilai defisitnya secara nominal sangat terjaga dengan strategi itu," kata Febrio dalam bincang media virtual, Jumat, 9 Juli 2021.
Ia menyebut disiplin fiskal yang ketat membuat defisit anggaran Indonesia tidak pernah melampaui batas tiga persen, bahkan selalu di bawah tiga persen sejak 2019 lalu. Bahkan dibanding negara berkembang lain seperti India, Filipina dan Tiongkok, rasio utang Indonesia paling rendah.
Porsi rasio utang Indonesia masih berada pada level yang aman. Per Mei 2021, utang pemerintah Indonesia meningkat 22 persen menjadi Rp6.418,15 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp5.258,7 triliun. Sementara, rasio utang pemerintah per Mei 2021 mencapai 40,49 persen, melonjak dibandingkan posisi Mei 2020 lalu 32,09 persen.
"Itulah yang membuat kenapa kita di 2020 punya ruang yang cukup luas untuk menaikkan utang dengan defisit yang sangat countercyclical 6,14 persen dari PDB," ujar dia.
Meski demikian, pemerintah berjanji untuk menurunkan porsi utang dan juga defisit anggaran dari 6,14 persen di 2021, menjadi 5,7 persen di 2022, dan 4,5 persen di 2023.
"Dengan keyakinan ekonomi yang sudah lebih kuat di tahun-tahun mendatang maka akan diharapkan akan bisa tercermin di penerimaan negara ke depan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News