Ilustrasi. FOTO: Kemenkeu
Ilustrasi. FOTO: Kemenkeu

Upskilling Jadi Kunci Tingkatkan PDB Indonesia di 2030

Angga Bratadharma • 10 Juli 2023 08:01
Jakarta: Asia Tenggara berada pada infection point. Sebagai ekonomi terbesar kelima di dunia, tingkat pertumbuhan tahunannya telah melampaui rata-rata global. Asia Tenggara juga merupakan rumah bagi kekayaan keragaman, dan sebagian besar pekerja dunia di bawah usia 30 tahun.
 
Namun, kawasan ini juga menghadapi risiko apabila potensi ini tidak dimanfaatkan yang mengakibatkan kegagalan dalam menciptakan peluang kerja yang berkualitas. Tenaga kerja di kawasan ini harus dilengkapi dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk beralih ke pekerjaan bernilai tambah lebih tinggi.
 
Mengutip PwC Indonesia, Senin, 10 Juli 2023, dengan peningkatan teknologi yang menciptakan permintaan akan tenaga kerja yang terus meningkat, apabila dapat menjalankan upskilling, kawasan ini akan dapat mengikuti lanskap digital yang terus berubah.

Terlepas dari adanya biaya di muka untuk digital upskilling, berdasarkan survei tahunan PwC CEO Survey, sebanyak 71 persen CEO di Asia Pasifik telah berinvestasi dalam otomasi, yang mencerminkan pentingnya upskilling untuk memenuhi pentingnya digitalisasi dan otomasi.
 
Upskilling tidak hanya mengurangi pengangguran struktural akibat ketidaksesuaian keterampilan, tetapi juga menjembatani kesenjangan sosial-ekonomi dalam pengetahuan dan keterampilan.
Baca: Segera Beroperasi, Naik LRT dari Cibubur ke Dukuh Atas hanya 39 Menit

Selain itu, karena kawasan ini sedang mengembangkan strategi netralitas karbon dan beralih ke ekonomi net zero, komponen kuncinya adalah melakukan upskilling terhadap para pekerja green jobs. The Asian Development Bank memperkirakan bahwa transisi menuju ekonomi hijau akan menambah 30 juta pekerjaan baru di Asia Tenggara pada 2030.
 
Saat ini adalah waktu untuk melakukan transformasi dan Asia Tenggara akan kehilangan kesempatan untuk melompat dalam mempersiapkan tenaga kerja yang tangguh di tengah munculnya gangguan digital dan tren keberlanjutan.
 
Upskilling diperlukan untuk membekali sumber daya dengan keterampilan yang tepat untuk pekerjaan yang akan berkembang seiring dengan digitalisasi dan penghijauan ekonomi negara dan di kawasan Asia Tenggara.

 
Dari peluncuran laporan 'Upskilling for Shared Prosperity in Southeast Asia: Fostering Sustainable Growth', menunjukkan investasi skala besar dalam upskilling berpotensi meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Asia Tenggara sebesar empat persen atau USD250 miliar, sehingga menghasilkan hingga 676 ribu pekerjaan baru pada 2030.
 
Peningkatan PDB tertinggi tercatat di wilayah dengan kesenjangan produktivitas terbesar yakni Indonesia dan Vietnam. Indonesia dapat membuka 50 persen dari potensi lapangan kerja tambahan regional pada 2030 karena adanya upskilling.
 
"Kini, Indonesia bergerak menuju digitalisasi dan net zero, serta beralih dari kegiatan ekonomi padat karya. Upskilling adalah kunci untuk mempertahankan pengembangan tenaga kerja di Indonesia sehingga kita dapat mempertahankan keunggulan kompetitif ekonomi," kata PwC Consulting Indonesia Leader Marina R Tusin.

 
Senior Economist Bambang Brodjonegoro menyatakan Indonesia berpotensi memperoleh peningkatan PDB tertinggi di seluruh kawasan. "Upskilling juga berpotensi untuk mentransisikan pekerja di sektor tenaga kerja informal ke posisi yang lebih formal dan berjangka panjang," pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan