Kondisi ini bukan hanya berpotensi melemahkan pemulihan ekonomi dunia, tapi juga domestik. Hal tersebut akan berimbas terhadap kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang selama ini menjadi bantalan dan andalan.
Namun, keuangan negara terselamatkan oleh kenaikan harga komoditas global, khususnya sektor pangan dan energi.
"Tapi hal ini juga memberikan konsekuensi terhadap belanja seperti belanja subsidi energi, stabilisasi harga pangan, dan berbagai bentuk perlindungan sosial bagi masyarakat. Di sisi pembiayaan pun akan terjadi peningkatan risiko pembiayaan APBN," kata Plt. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Abdurohman dilansir dari laman resmi Kemenkeu, Selasa, 5 April 2022.
Ia menambahkan, APBN akan terus antisipatif mengoptimalkan perannya sebagai shock absorber atau penyerap gejolak berbagai risiko seperti yang dilakukan selama pandemi. Baik akibat tekanan harga komoditas maupun naiknya cost of fund dari segi pembiayaan karena normalisasi kebijakan moneter AS.
Abdurohman menegaskan APBN akan terus hadir menjaga pemulihan ekonomi, melindungi kesehatan dan daya beli masyarakat, serta menjaga kesinambungan fiskal. Hal ini telah dilakukan APBN selama dua tahun terakhir ketika pemerintah berupaya menangani dampak pandemi covid-19.
"Jadi kalau ada gejolak, APBN-lah yang punya peran besar untuk memitigasi dampaknya, terutama yang ke masyarakat. APBN akan menjadi bantalan kebijakan, terutama melalui berbagai kebijakan perlindungan sosial," pungkas Abdurohman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News