"Kita enggak ada yang disebut alergi, namun kita tetap sesuaikan sumber-sumber yang kita butuhkan dan kita akan gunakan itu secara optimal dan hati-hati. Itu supaya defisit financing tetap bisa dibiayai secara baik," katanya dalam diskusi virtual di Jakata, Rabu, 13 Mei 2020.
Lembaga multilateral tersebut antara lain Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), serta Islamic Development Bank (IDB) menawarkan sejumlah pembiayaan. Bahkan, mereka menaikkan jumlah pinjaman yang ditawarkan.
Meski begitu, pemerintah tidak sembarangan dalam menggunakan pinjaman asing untuk membiayai penanganan covid-19. Menkeu menyebut pemerintah memiliki sumber pembiayaan lain sebelum memutuskan pinjaman asing.
"Pertama, pembiayaan dari sumber pemerintah sendiri seperti dana abadi. Kedua, kita membuka BI bisa melakukan pembelian SBN di pasar perdana sehingga mengurangi pressure market. Ketiga, kita melalui lembaga multilateral dan bilateral," ungkapnya.
Pemerintah sebelumnya memperkirakan defisit anggaran tahun ini sebesar 5,07 persen. Sementara kebutuhan pembiayaan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 mencapai Rp1.439,8 triliun. Jumlah itu terdiri dari penarikan pinjaman sebesar Rp150,5 triliun, dan penerbitan SBN Rp1.289,3 triliun.
Dari kebutuhan anggaran tersebut, pemerintah berencana menerbitkan SBN untuk kuartal II sampai kuartal IV sebesar Rp856,8 triliun. Jika pemerintah memiliki saldo anggaran lebih (SAL) dan global bonds sebesar Rp300 triliun, maka penerbitan SBN dalam negeri diperkirakan sebesar Rp506,8 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News