Pemulihan ekonomi nasional. Foto ; AFP.
Pemulihan ekonomi nasional. Foto ; AFP.

5 Langkah Antisipasi yang Perlu Dilakukan Indonesia Akibat Invasi Rusia

Annisa ayu artanti • 09 April 2022 14:40
Jakarta: Direktur Eksekutif CSIS Indonesia Yose Rizal Damuri memprediksi invasi Rusia akan memperparah tingkat inflasi di dunia, termasuk Indonesia. Dia menjelaskan konflik antara Rusia dan Ukraina merupakan ancaman terhadap pemulihan perekonomian Indonesia.
 
Rusia merupakan pemasok bahan mentah yang penting bagi perekonomian dunia, menduduki posisi sebagai eksportir minyak terbesar keempat di dunia dengan rata-rata nilai ekspor 7,4 juta barel per hari. Sedangkan Ukraina juga merupakan negara pengekspor gandum yang besar di dunia.
 
"Hal ini menjadikan konflik di antara kedua negara memberikan dampak besar terhadap perekonomian dunia, terutama pada sektor komoditas dan energi," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu, 9 April 2022.

Akibat konflik ini, dia juga bilang, berdasarkan lembaga OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 percentage point.
 
"Ini angka yang besar sekali, karena pertumbuhan perekonomian dunia belum pulih sepenuhnya. Dampak yang tidak sedikit juga tampak pada inflasi. Padahal, saat ini inflasi sudah tinggi akibat disrupsi pasokan bahan baku selama pandemi," ujarnya.
 
Menurutnya, invasi Rusia kemungkinan akan memperparah tingkat inflasi, terutama bagi negara konsumen energi, seperti Indonesia.
 
Meski demikian, bagi Indonesia dampak langsung konflik Rusia-Ukraina sebenarnya tidak terlalu signifikan, karena kedua negara tersebut bukan mitra dagang utama kita. Namun, tetap saja, Indonesia harus melakukan langkah antisipasi, karena kita mengimpor gandum dan bahan pangan lain dari kedua negara tersebut.
 
“Dampak tidak langsung datang dari imbas konflik pada perekonomian negara-negara Uni Eropa (UE) dan negara lain yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Dampak tidak langsung ini tidak selalu negatif, karena dengan rusaknya hubungan dagang antara Rusia dan negara lain, kita bisa mendapatkan windfall benefit akibat pengalihan aktivitas ekonomi ke Indonesia. Sebagai contoh, produk CPO (crude palm oil) dari Indonesia harganya jadi meningkat. Sekarang tinggal bagaimana caranya kita mengatur agar dampak negatif dan positif ini bisa seimbang,” tuturnya.
 
Oleh karena itu, untuk menghadapi masalah ini, Indonesia perlu segera melakukan langkah antisipasi yang diperlukan, yaitu:
  • 1. Tetap mempertahankan perekonomian terbuka dan tidak protektif. Perekonomian terbuka amat menolong untuk keluar dari krisis ekonomi atau paling tidak mencegah krisis kian membesar.
 
  • 2. Aktif mencari berbagai sumber pasokan alternatif. Sumber pasokan alternatif mesti giat dicari, karena kita tidak bisa mendapatkan barang dari Rusia dan Ukraina. Ini berhubungan dengan poin 1, yang memungkinkan kita bisa mengimpor barang, jika diperlukan.
 
  • 3. Mempersiapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih berhati-hati untuk mencegah peningkatan inflasi.
 
  • 4.Menyiapkan jaring pengaman sosial yang lebih efektif, dengan memanfaatkan windfall benefit dari kenaikan harga komoditas internasional.
 
  • 5. Menjadikan ini momentum untuk transisi energi dan skema ketahanan pangan yang lebih baik. Transisi energi akan meningkatkan kemandirian dan kestabilan pengadaan energi Indonesia sehingga meningkatkan resiliensi perekonomian kita terhadap masalah terkait ketahanan energi.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan