“Kuartal II memang ekspektasinya negatif. Kalau saya lihat di pasar ekspektasi market segala macam itu minus tiga persen sampai sampai empat persen,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu, 10 Juni 2020.
Reza menjelaskan asumsi tersebut dibuat berdasarkan adanya penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Aturan ini menyebabkan aktivitas perekonomian melemah sejak Maret hingga April 2020.
Bahkan penurunan aktivitas perekonomian terjadi hampir di semua sektor kecuali telekomunikasi dan kesehatan seperti perdagangan, pertanian, transportasi, serta pariwisata.
“Kalau kita lihat Maret ke April turun drastis lalu dari April ke Mei indikator kami menunjukkan angkanya tidak memburuk tapi juga belum ada rebound yang signifikan,” ungkap dia.
Reza berharap penerapan normal baru di beberapa wilayah akan membuat aktivitas perekonomian menjadi lebih bergerak. Hal ini akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020.
“Kalau perekonomian, pelonggaran PSBB, dan PEN ini jalan maka kita akan mulai melihat pick up pada Kuartal III dan lebih jelas lagi positif pada kuartal IV,” tambahnya.
Meski demikian, ia optimistis bahwa ekonomi Indonesia secara keseluruhan tetap tumbuh positif atau jauh dari prediksi IMF yang sebesar 0,5 persen maupun Bank Dunia di level nol persen.
“Pemerintah sendiri mengharapkan secara keseluruhan 2020 masih bisa tumbuh positif. Meskipun kalau pada awalnya masih di level 3,2 persen lalu sekarang hanya di satu persen. IMF justru di 0,5 persen dan Bank dunia nol persen,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News