"Konsumsi rumah tangga kemungkinan besar akan tumbuh lebih besar pada kuartal II-2022 karena momentum Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Pada saat yang bersamaan dengan pemulihan permintaan, kredit terus meningkat," kata Riefky dalam keterangan resminya, Kamis, 4 Agustus 2022.
Adapun realisasi investasi pada kuartal II-2022 tercatat tertinggi dalam satu dekade terakhir dengan sektor manufaktur sebagai penyumbang utama yang menunjukkan kepercayaan investor masih sangat tinggi pada Indonesia.
Surplus perdagangan pada kuartal II-2022 yang mencapai USD15,6 miliar juga telah meredam dampak pengetatan moneter terhadap arus modal keluar dan depresiasi rupiah karena ekspor yang lebih tinggi daripada impor mengindikasikan likuiditas valuta asing yang lebih besar di pasar.
"Melonjaknya harga komoditas membawa momentum bermanfaat bagi ekspor karena Indonesia merupakan net eksportir komoditas energi utama. Surplus perdagangan barang kemudian mendorong surplus transaksi berjalan," ucapnya.
Baca juga: Bahlil: Ekonomi Indonesia Makin Menjanjikan |
Kepemilikan asing atas aset keuangan yang menurun sejauh ini telah memberi Indonesia ruang cukup untuk menyerap guncangan global dibandingkan dengan negara lain, terutama dalam hal inflasi dan volatilitas mata uang.
Untuk inflasi, meski meningkat, Riefky menilai inflasi Indonesia yang tercatat sebesar 4,94 persen (yoy) pada Juli 2022 tetap relatif moderat dibandingkan negara lain.
"Kami melihat bahwa kondisi suram ekonomi global tidak terlihat pada kondisi ekonomi domestik. Windfall dari lonjakan harga komoditas memungkinkan pemerintah untuk memperluas stimulus fiskal guna meredam inflasi sementara tetap membangun momentum pemulihan. Dengan demikian, kegiatan konsumsi dan produksi akan tetap berjalan aman," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News