"Global boleh saja suram, boleh saja resesi, tetapi Indonesia tidak akan resesi," ungkap Piter dalam acara LPS-Forwada Discussion Series 2023, dilansir Antara, Jumat, 10 Maret 2023.
Maka dari itu, pemerintah Indonesia saat ini terus mendorong konsumsi masyarakat lantaran pertumbuhan ekonomi Tanah Air didorong oleh permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Setiap tahunnya, perekonomian Indonesia cenderung ditopang oleh konsumsi rumah tangga, jika dilihat dari komponen pengeluaran.
Pada 2022, komponen ini menjadi sumber pertumbuhan tertinggi ekonomi domestik, yakni sebesar 2,61 persen dari pertumbuhan ekonomi 5,31 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Baca juga: Inflasi dan Resesi Menghantui, Berikut 5 Temuan DBS bagi Masyarakat Indonesia di 2023-2024 |
Oleh karenanya, Piter mengungkapkan Indonesia tidak akan jatuh ke jurang resesi pada tahun ini kecuali jika permintaan domestik kembali menurun seperti masa pandemi covid-19.
Saat pandemi, masyarakat tidak bisa keluar rumah, tidak bisa melakukan konsumsi, berbelanja, pergi ke mal, bioskop, dan berwisata. Akibatnya, ekonomi domestik mengalami resesi pada 2020, setelah pertumbuhan ekonomi terkontraksi pada triwulan II dan triwulan III masing-masing sebesar 5,32 persen (yoy) dan 3,49 persen (yoy).
Adapun pengertian resesi ekonomi secara teknikal adalah pertumbuhan negatif dua kuartal secara berturut. "Saat itu, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) telah membatasi masyarakat dan menyebabkan resesi," ucap dia.
Dengan begitu, lanjut dia, kondisi tersebut berbeda dengan saat ini karena masyarakat sudah bisa melakukan konsumsi secara normal dan pandemi akan benar-benar berakhir, apalagi setelah PPKM dicabut pada akhir 2022.
Piter pun memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh dalam rentang 4,75 persen sampai 5,25 persen pada 2023 ini.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id