"Dari sisi penerbitan SBN, alhamdulillah on track dalam konteks memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN 2024," kata Suminto di Jakarta, dikutip Rabu, 10 Juli 2024.
Berdasarkan outlook yang dilaporkan dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR RI dengan Menteri Keuangan dan Bank Indonesia, kata dia, target penerbitan SBN kini lebih rendah jika dibandingkan dengan target awal.
Hal tersebut, menurut dia, karena pemerintah memanfaatkan berbagai instrumen untuk memenuhi kebutuhan belanja negara, tidak hanya dari penerbitan SBN.
Baca juga: Pemerintah Diingatkan soal Utang Jatuh Tempo 2025, Bisa Bikin Defisit APBN Makin Melebar Lho! |
Level imbal hasil terkendali
Suminto menilai kinerja pasar SBN saat ini cukup baik dengan level imbal hasil (yield) yang terjaga dan terkendali serta penawaran masuk (incoming bid) yang cukup kuat.
Ia menyatakan hal tersebut merupakan hasil dari upaya pemerintah yang berhasil menjaga kredibilitas perekonomian nasional di tengah dinamika situasi global yang masih dipenuhi ketidakpastian sehingga meningkatkan kepercayaan investor.
"'Kan SBN itu instrumen yang tradable (bisa diperjualbelikan) maka aktivitas di pasar yang akan membentuk yield SBN," jelas dia.
Meskipun perkembangan yield SBN sangat dipengaruhi pasar, Suminto menuturkan pemerintah tetap berupaya untuk mengelola risiko suplainya sehingga level yield tetap dapat terkendali. "Tentu pemerintah berkepentingan agar yield SBN itu rasional sehingga Pemerintah tentu dalam penerbitan SBN memiliki strategi penerbitan," imbuhnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memperkirakan yield SBN 10 tahun pada kisaran 6,9 persen sampai 7,1 persen pada semester II-2024. Pada semester I-2024, kata dia, realisasi tingkat imbal hasil SBN sekitar 6,85 persen, atau di atas asumsi APBN 2024 sebesar 6,7 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News