"Angka ini bagus karena berada jauh di bawah taget inflasi APBNP 2017," kata Kepala BPS Suhariyanto, di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Januari 2018.
Dirinya mengatakan, sepanjang tahun ini terdapat dua bulan yang mencatat inflasi tertinggi yakni Januari dan Desember dengan masing-masing sebesar 0,97 persen dan 0,71 persen. Serta terdapat dua bulan yang tercatat deflasi yakni Maret dan Agustus masing-masing sebesar 0,02 persen dan 0,07 persen.
Suhariyanto menambahkan, terdapat pola inflasi yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang biasanya sangat dipengaruhi oleh volatile food atau harga yang bergejolak. Namun, saat ini lebih karena harga yang diatur pemerintah (administer price).
Hal ini, lanjutnya, mencerminkan upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan menuai hasil. "Inflasi di 2017 penyebab utamanya listrik dan bensin, menurut komponen harga yang diatur pemerintah," tutur dia.
Lebih jauh, dirinya menambahkan, sepanjang 2017 inflasi inti tercatat 2,95 persen, inflasi administer price 8,70 persen, dan inflasi volatile food 0,71 persen. Pemerintah diharapkan bisa terus menjaga agar pergerakan inflasi tetap rendah dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Ada kebijakan penyesuaian tarif listrik di Januari dan dampaknya di Mei itu yang warnai inflasi 2017. Volatile food lumayan sukses. Kita berharap keberhasilan ini bisa diulang di 2018 dengan perhatikan polanya," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News