Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan kenaikan utang luar negeri pemerintah tak terlepas dari meningkatnya kebutuhan belanja negara untuk menangani pandemi covid-19. Namun, kenaikan utang swasta dalam beberapa tahun terakhir perlu diwaspadai.
"Utang luar negeri pemerintah menurut saya cukup terjaga. Pemerintah sudah melakukan manajemen utang dengan cukup baik dimana pembiayaan APBN lebih banyak dari penerbitan SUN domestik," kata Piter kepada Medcom.id, Selasa, 16 Februari 2021.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya mencatat, utang luar negeri tumbuh sebesar 3,5 persen (yoy), namun turun dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 3,9 persen (yoy). Utang luar negeri terdiri dari sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD209,2 miliar dan sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD208,3 miliar.
Untuk utang pemerintah tumbuh meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal IV-2020, ULN pemerintah tercatat sebesar USD206,4 miliar atau tumbuh 3,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal III-2020 sebesar 1,6 persen (yoy).
Sementara itu, utang luar negeri swasta tumbuh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan utang swasta pada akhir kuartal IV-2020 ini tercatat 3,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 6,2 persen (yoy).
Meski begitu, Piter menyebut posisi utang luar negeri swasta masih aman didukung oleh terjaganya nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir.
"Pertumbuhan utang luar negeri swasta yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir perlu menjadi perhatian. Meskipun belum membahayakan. Selama nilai tukar rupiah masih terjaga, tidak terjadi lonjakan, maka utang luar negeri swasta masih dapat dikatakan aman," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News