Karena itu, reformasi harus berjalan seiring dengan pemulihan ekonomi nasional. "Indonesia telah terbukti selalu bisa memanfaatkan krisis sebagai momentum untuk melaksanakan reformasi. Kita harus keluar dari krisis dengan prestasi, bukan biasa-biasa saja," kata dia dalam Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS), Jumat, 11 Maret 2022.
Ia menambahkan, pemerintah melakukan reformasi dengan mendorong penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kemudahan berusaha, serta hilirisasi dan transformasi ekonomi. Salah satu instrumen yang digunakan untuk mendukung reformasi adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"APBN adalah instrumen yang penting untuk pembangunan dan menjaga Indonesia. Instrumen penting ini juga harus dijaga kesehatan dan kehandalannya sehingga terus mampu menjadi solusi dalam menghadapi berbagai tantangan pembangunan dan gejolak serta ancaman krisis yang mungkin terjadi di masa depan," ungkapnya.
Upaya untuk pengelolaan APBN dilakukan melalui dua undang-undang, yaitu UU Harmonisasi Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (HKPD) dan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Reformasi juga mencakup perbaikan kualitas dan efisiensi belanja, pembiayaan, dan pengelolaan perbendaharaan serta kekayaan negara.
"Kita harus terus optimis bahwa badai akan berlalu. Even the hardest of winter fears the spring. Meskipun musim dingin yang paling berat akan takut dengan musim semi. Setiap masa selalu ada tantangannya, setiap tantangan selalu ada jawabannya, dan setiap masa selalu ada tokohnya," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News