"Kita harus bersyukur ekonomi kita di kuartal tiga melaju kencang. Tapi capaian itu jangan membuat lengah. Kewaspadaan terhadap potensi ancaman resesi masih harus dijaga," kata Edy, di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, dilansir dari Antara, Selasa, 8 November 2022.
Menurut dia, dampak ketidakpastian global seperti resesi ekonomi, inflasi, dan pengetatan kebijakan moneter masih membayangi Indonesia dan dapat memberikan dampak negatif. Kantor Staf Presiden (KSP), kata Edy, akan memastikan pemerintah bersama otoritas terkait di sektor keuangan terus bekerja keras dalam menjaga pertumbuhan ekonomi.
Kerja keras itu dilakukan dengan melaksanakan bauran kebijakan untuk mengendalikan inflasi, meningkatkan investasi, dan mendorong pertumbuhan ekspor. "Pemerintah juga menganggarkan beragam insentif dan bansos untuk membantu industri dan masyarakat yang terdampak,” ujar Edy.
Baca: Lebih Rendah Ketimbang Nasional, Pertumbuhan Ekonomi Jateng Melambat |
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 tumbuh pesat hingga 5,72 persen, atau naik dari kuartal II yang sebesar 5,45 persen. Capaian tersebut melebihi pertumbuhan ekonomi negara-negara lain seperti Tiongkok 3,9 persen, AS 1,8 persen, Jerman 1,2 persen, Uni Eropa 2,1 persen, dan Korea Selatan 3,1 persen.
BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh kuatnya permintaan domestik, serta tingginya kinerja investasi dan ekspor. Adapun, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,39 persen, investasi 4,9 persen, dan ekspor tumbuh 21,64 persen.
Secara spasial, menurut BPS, perbaikan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti oleh Bali-Nusa Tenggara (Balinusra), Jawa, Kalimantan, dan Sumatra.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News