Gubernur BI Agus Martowardojo. Antara/Andika Wahyu
Gubernur BI Agus Martowardojo. Antara/Andika Wahyu

Januari Diperkirakan Deflasi

Anshar Dwi Wibowo • 28 Januari 2015 15:28
medcom.id, Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memerkirakan, Januari 2015 ini kemungkinan akan terjadi deflasi. Hal ini, menurut Agus tak terlepas dari kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan pemerintah sebanyak dua kali, beberapa waktu lalu.
 
Secara umum, Agus berkeyakinan perekonomian Indonesia berada di jalur yang baik. Meski begitu, pemerintah tetap harus waspada dan terus mengawasi dinamika perekonomian global.
 
"Ekonomi Indonesia sedang dalam kondisi yang baik. Dan ini terlihat dari inflasi. Kami perkirakan untuk inflasi, di Januari ini begitu rendah, bahkan mungkin bisa deflasi, dan ini karena penyesuaian harga BBM di tanggal 1 Januari, 19 Januari," ujar Agus di komplek Istana Presiden, Rabu (28/1/2015).

Agus mengungkapkan, penurunan tersebut berdampak pada inflasi yang lebih rendah saat ini bahkan diproyeksikan inflasi Januari mendekati nol persen. Meskipun, pada 2014 diketahui inflasi nasional mencapai 8,3 persen. Namun, inflasi tersebut lebih disebabkan upaya pemerintah dalam menyehatkan manajemen energi agar subsidi tidak membesar.
 
Pun, pada November terjadi gejolak inflasi akibat lonjakan harga cabai yang mencapai Rp100 ribu per kilogram. Namun, pada Januari harganya sudah bisa dikendalikan bahkan cenderung deflasi. Meski begitu, Agus melanjutkan, pemerintah tidak boleh lemah karena harga sejumlah komiditi seperti daging ayam, daging sapi, dan telur mulai menunjukkan peningkatan.
 
"Sekarang ketika inflasi dimulai dengan relatif trendah, kita harapkan koordinasi untuk menjaga inflasi untuk dapat diteruskan. Ini harus kita jaga," tuturnya.
 
Agus mengapresiasi langkah yang dilakukan Presiden Joko Widodo yang menghendaki pertemua rutin antara menteri keuangan, menteri koordinator bidang perekonomian, gubernur Bank Indonesia, dan ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, Presiden juga sudah berbicara dengan para bupati dan gubernur untuk menjaga inflasi. Utamanya tarif angkutan umum yang harus bisa dikendalikan.
 
"Jadi dari sisi inflasi kita sudah lihat, sudah dikelola dengan lebih baik. Kita berharap diakhir tahun 2015, inflasi kembali di level 4 persen plus minus 1 persen," katanya.
 
Meski begitu, perlu juga memperhatikan perkembangan perekonomian global. Terutama perkembangan harga minyak dunia yang turun tajam dan penurunan harga komoditi andalan ekspor. Di sisi lain, juga mewaspadai membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang bisa berdampak terhadap nilai tukar rupiah.
 
Selain itu, Agus mengatakan, perlu mencermati perkembangan ekonomi Tiongkok. Laporan World Economic Outlook 2015, perekonomian Tiongkok diperkirakan bisa lebih rendah dari tujuh persen.
 
"Tujuh persen saja itu suatu tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah untuk Tiongkok. Nah, secara umum kondisi dunia akan berpengaruh kepada Indonesia, baik itu melalui jalur perdagangan, keuangan ataupun jalur rendahnya harga-harga komoditi yang diperdagangkan oleh Indonesia dengan mitranya di luar negeri," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan