Kepala Departemen Ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B. Hirawan mengatakan, ada dua hal utama yang bisa menjaga denyut perekonomian nasional untuk tetap bergeliat dan tumbuh, yakni konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Yang harus dilakukan pemerintah ke depan ialah menjaga daya beli masyarakat agar pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama Produk Domestik Bruto (PDB) tetap terjaga secara positif," tuturnya, Selasa, 8 November 2022.
"Selain itu, sektor investasi juga harus dioptimalkan dan dikelola dengan baik, khususnya terkait implementasi UU Cipta Kerja yang saat ini masih terhenti akibat putusan MK," tambah Fajar.
Dia mengatakan, pemerintah dapat menjaga daya beli masyarakat dengan menjaga rantai pasok dalam negeri. Ini juga perlu diikuti dengan program bantuan sosial yang berorientasi pada penguatan konsumsi, utamanya kepada masyarakat kelompok menengah ke bawah.
Konsumsi rumah tangga menjadi komponen penting bagi perekonomian nasional lantaran berkontribusi besar pada PDB. Namun dalam beberapa triwulan terakhir, kontribusi konsumsi rumah tangga cenderung melambat.
Baca juga: Jaga Pertumbuhan, Pemerintah Didorong Dukung Konsumsi dan Investasi |
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada kuartal I-2022, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 4,34 persen (yoy) dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 53,65 persen. Lalu pada kuartal II, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,51 persen dan berkontribusi 51,47 persen terhadap PDB.
Sedangkan pada kuartal III-2022, BPS mencatat konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 5,39 persen dan berkontribusi 50,38 persen terhadap PDB nasional. Hingga periode tersebut, konsumsi rumah tangga masih menjadi distributor tertinggi pada pertumbuhan ekonomi yang tercatat tumbuh 5,72 persen (yoy).
Fajar menilai melambatnya kontribusi konsumsi rumah tangga pada PDB merupakan hal yang wajar dan dapat diterima. Sebab, dunia saat ini tengah dihadapkan pada liarnya pergerakan inflasi. Ini mendorong adanya pelemahan pada kinerja konsumsi rumah tangga di tiap negara, termasuk Indonesia.
"Gangguan rantai pasok global akibat tensi geopolitik dan geoekonomi juga berkontribusi pada inflationary pressure tersebut," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Ekonom dari Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan, turunnya kontribusi konsumsi rumah tangga pada PDB turut disebabkan oleh penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada awal September 2022.
Guna menghindari penyusutan kontribusi konsumsi rumah tangga secara berkelanjutan, pemerintah didorong untuk menjaga iklim investasi tetap menarik bagi pemilik modal. "Meskipun di tengah tantangan global recession dan kondisi tahun politik yang lebih 'ramai'. Menjaga pertumbuhan investasi sangat penting karena berkontribusi sekitar 30 persen dari PDB," kata Andry.
Hal yang tak kalah penting ialah menjaga daya beli masyarakat melalui stabilisasi harga pangan. Ini dapat dilakukan melalui kepastian serta kelancaran produksi dan distribusi. Langkah ini juga perlu dibarengi dengan terus memberikan stimulus bagi masyarakat terdampak inflasi.
Sedangkan dari sektor keuangan, pemerintah didorong untuk bisa tetap menjaga likuiditas domestik agar stabilitas ekosistem dapat tetap terjaga. Di lain sisi, dukungan kepada dunia usaha juga dalam membuka dan memperluas pasar ekspor dirasa diperlukan.
Pengambil kebijakan juga diminta untuk terus melakukan reformasi struktural. Sebab ini bakal memberi dampak positif dalam pemulihan negara-negara lain pascaresesi di tahun depan. "Perlu juga untuk mendorong pemerintah daerah agar semakin fokus mempercepat anggaran dan menciptakan social safety net melalui belanja infrastruktur daerah," kata Andry.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News