Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Izzudin Farras mengatakan PSBB jilid II akan membuat ekonomi di DKI Jakarta menurun. Padahal DKI Jakarta memiliki kontribusi sebesar 18 persen atau seperlima ekonomi nasional.
"Pengumuman PSBB Jilid II pada Rabu sebenarnya secara tidak resmi menandai resesi karena pada kuartal II sudah alami kontraksi lima persen secara nasional dan spesifik Jakarta minus 8,22 persen. Artinya Jakarta sangat terpukul meskipun karena PSBB jilid II lebih longgar," kata dia dalam video conference di Jakarta, Kamis, 17 September 2020.
Menurut dia, penerapan PSBB jilid II juga bukan berarti bisa menekan penyebaran covid-19 atau tidak. Sebab jika angka kasus covid terus meningkat, maka perekonomian akan menjadi semakin sulit. Terlebih kondisi yang ada saat ini masih menunjukan adanya penurunan aktivitas ekonomi.
"Artinya ketika tetap negatif, perekonomian Jakarta selama kuartal III ini yang memang sudah terasa sejak Agustus memang akan berdampak pada ekonomi nasional. Meskipun kita perlu menunggu pengumuman resmi, tapi sudah 99 persen kita sudah berada dalam resesi," jelas dia.
Sementara itu, Direktur Riset Indef Berly Martawardaya menambahkan, tak masalah resesi terjadi pada ekonomi Indonesia. Ia menyebut, saat ini yang paling penting adalah bagaimana melindungi masyarakat dari sisi kesehatan, meski pemerintah tetap harus membantu masyarakat miskin.
"Kalau resesi kenapa? Ya cuma angka, yang penting hidup dulu. Selain itu yang penting adalah the bottom yang 20 sampai 40 persen masyarakat termiskin itu dilindungi begitu. Karena tugas pertama pemerintah itu sesuai UUD 1945 itu melindungi segenap rakyat, yang kedua baru meningkatkan kesejahteraan umum," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News