Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kenaikan utang pemerintah disebabkan oleh meningkatnya defisit anggaran dalam membiayai penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Hingga Juli 2020, anggaran negara mengalami defisit Rp330,2 triliun atau 2,01 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Hingga akhir Juli, realisasi untuk pembiayaan utang mencapai Rp519,2 triliun, itu naik 118 persen dibandingkan tahun lalu. Kalau kita bicara tentang pembiayaan karena defisit kita meningkat cukup besar," kata dia dalam video conference di Jakarta, Selasa, 25 Agustus 2020.
Jika dirinci, pembiayaan anggaran terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp513,4 triliun (neto) atau naik 110 persen dibandingkan Juli tahun lalu, dan pembiayaan dari pinjaman sebesar Rp5,8 triliun (neto) atau turun 191,4 persen (yoy).
Sementara itu, pemerintah melakukan pembiayaan investasi kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp9,5 triliun dan Badan Layanan Umum (BLU) Rp7 triliun. Total pembiayaan investasi sebesar Rp16,5 triliun atau mengurangi pembiayaan anggaran.
Di sisi lain, pemerintah melakukan pemberian pinjaman sebesar Rp0,5 triliun, pembiayaan lainnya Rp0,2 triliun, serta membayar kewajiban pinjaman sebesar Rp0,4 triliun. Sehingga secara keseluruhan, jumlah pembiayaan mencapai Rp503 triliun atau naik 115,3 persen (yoy).
"Pembiayaan realisasinya Rp503 triliun, naik sangat tinggi dibandingkan tahun lalu 118 persen. Karena ini untuk danai defisit yang realisasinya capai Rp330,2 triliun atau kenaikan defisit hingga 79,5 persen dibandingkan tahun lalu," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News