Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Airlangga Hartanto mempertanyakan skenario pemerintah dalam rangka mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang sudah diajukan ke RAPBN 2017. Ia meminta hal itu karena erat kaitannya dengan penetapan asumsi makro terkait pertumbuhan ekonomi di RAPBN 2017.
"Pertanyaanya kalau kita pertahankan di angka berapa apakah bisa dipertahankan di Banggar DPR RI. Sehingga kita bisa mendefinisikan keputusan di Komisi XI terkait asumsi anggaran," ungkap Airlangga, saat rapat tentang asumsi makro RAPBN 2017, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (18/7/2016).
Menurutnya hal itu penting dilakukan untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan agar pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh lebih maksimal di masa mendatang. Syarat itu juga dibutuhkan agar Komisi XI DPR RI bisa memutuskan apakah asumsi pertumbuhan ekonomi ditetapkan pada satu angka saja atau ditetapkan pada range tertentu.
"Sehingga kita mengetahui apakah kita putuskan satu angka atau range saja. Apalagi ini kan jadi bahan pidato Presiden. Jangan sampai apa yang disampaikan Presiden, nanti ketika masuk ke DPR RI berubah lagi dalam diskusinya karena adanya perubahan situasi dan kondisi ekonomi," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, pemerintah merevisi target pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2017. Hal ini sesuai dengan permintaan Komisi XI DPR RI yang menginginkan range pertumbuhan ekonomi tidak terlalu lebar.
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, lebarnya range pertumbuhan ekonomi karena pemerintah ingin mengantisipasi jika terjadi winfall di ekonomi global. Namun demikian, kondisi ekonomi dunia tahun depan dirasa tidak akan berbeda jauh dengan yang terjadi pada tahun ini.
"Maka kami akan mengajukan rentang atau range baru, dari 5,3 persen sampai 5,9 persen kami persempit jadi 5,3 persen sampai 5,6 persen," kata Bambang.
Dirinya menambahkan, kondisi ekonomi dunia khususnya di negara maju belum akan berubah. Tiongkok, misalnya, diprediksi masih sulit untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga tujuh persen. Sementara Amerika Serikat (AS), masih dipenuhi ketidakpastian apakah akan ada kenaikan Fed Fund Rate (FFR) atau tidak.
"Artinya tidak akan ada major effect terhadap pertumbuhan ekonomi global. Harga minyak kalau turun tapi tidak terlalu rendah, harga komoditas juga relatif kecil. Maka kesimpulannya tidak akan ada yang berbeda di global," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id