"Pemerintah memutuskan memberikan insentif karena ingin kelompok yang lebih kaya membelanjakan uangnya," kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam webinar di Jakarta, Selasa, 2 Maret 2021.
Selama pandemi covid-19 berlangsung, ia menyebut, 10 persen dari masyarakat berpendapatan tinggi menahan konsumsinya. Padahal 10 persen masyarakat terbawah tetap membelanjakan uangnya dibantu oleh bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Untuk itu, Suahasil menyebut, terbitlah insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk mobil dan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk pembelian rumah yang ditanggung pemerintah. Pasalnya kedua sektor ini dinilai memiliki multiplier effect.
"Mari memberi insentif sehingga mereka membelanjakan uangnya dan pabrik-pabrik mulai bekerja lagi. Bayangkan jika sektor otomotif menjadi jump start pada perekonomian kita. Dengan insentif pajak, mesin (perekonomian) akan berjalan lagi," ungkapnya.
Meski begitu, ia menyebut ketika semua industri ini sudah kembali berjalan normal tentu pemerintah akan menghentikan pemberian insentif. Pasalnya pemerintah tetap harus menjaga agar disiplin fiskal kembali ke level sebelum pandemi covid-19.
"Keduanya ini harus berjalan beriringan dan berharap 2021 konsumsi domestik akan kembali ke territory positif dan investasi juga, ekspor impor juga sama, belanja pemerintah akan terus memberikan support seperti yang dibutuhkan," pungkas dia,
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News