Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet Dwi Pramadia.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet Dwi Pramadia.

BKF: Upaya Pengendalian Inflasi Pangan Beri Hasil Positif

M Ilham Ramadhan • 02 November 2022 13:06
Jakarta: Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menyampaikan penurunan harga sejumlah komoditas hortikultura mendorong terjadinya deflasi pada Oktober 2022. Itu juga turut diperkuat dengan ragam upaya mitigasi pemerintah dalam mengendalikan harga dan memastikan ketersediaan sejumlah bahan pangan.
 
"Pemerintah melakukan berbagai langkah mitigasi untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi komoditas pangan agar inflasi pangan tetap terkendali. Hal ini terbukti memberikan hasil yang positif," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Rabu, 2 November 2022.
 
Febrio melanjutkan, penggunaan berbagai anggaran seperti anggaran ketahanan pangan dan anggaran infrastruktur untuk memperlancar penyediaan pangan yang mudah dan terjangkau akan terus diperkuat. Dana Insentif Daerah (DID) yang diberikan kepada pemerintah daerah juga terbukti efektif mendorong daerah untuk lebih bekerja keras lagi dalam pengendalian inflasi di wilayahnya.

Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang diketahui pada Oktober 2022 terjadi deflasi secara bulanan mencapai 0,11 persen (mtm) atau inflasi 5,71 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi pada September 2022 sebesar 5,95 persen.
 
Harga pangan hortikultura masih melanjutkan tren menurun di tengah kenaikan harga beras. Sementara, rambatan dampak kenaikan BBM terus mengecil. Secara spasial, inflasi terjadi di 29 kota IHK.
 
Secara tahunan (yoy), inflasi volatile food tercatat melambat menjadi 7,2 persen (yoy) dari September yang mencapai 9,02 persen. Secara bulanan (mtm), inflasi volatile food, mengalami deflasi sebesar 1,49 persen.
 
Baca juga: Dampak Kenaikan BBM ke Harga-harga Minim, BI: Inflasi Oktober Lebih Rendah dari Perkiraan!

 
Melimpahnya stok pangan hortikultura mendorong penurunan harga, seperti pada aneka cabai, produk unggas, dan tomat. Di sisi lain, harga beras mengalami peningkatan dipengaruhi oleh kelangkaan pupuk dan pengaruh cuaca yang mengganggu produksi panen gandum.
 
Sementara itu, inflasi inti masih melanjutkan tren naik secara moderat, mencapai 3,3 persen (yoy), sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,2 persen (yoy), didorong oleh kenaikan inflasi beberapa kelompok pengeluaran seperti perumahan, transportasi, pendidikan, dan jasa penyediaan makanan dan minuman/restoran.
 
"Kenaikan inflasi inti mencerminkan peningkatan permintaan domestik secara keseluruhan sejalan dengan membaiknya kondisi pandemi," kata Febrio.
 
Sedangkan inflasi administered price bergerak stabil pada 13,3 persen (yoy) didorong oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM (bensin dan solar) di September. "Bantuan sosial tambahan berupa bantuan langsung tunai dan bantuan subsidi upah terus disalurkan pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat," lanjut Febrio.
 
Berbagai upaya terus ditempuh untuk mengendalikan inflasi baik di pusat maupun daerah, terutama untuk meredam dampak rambatan kenaikan BBM. Operasi pasar digelar di berbagai daerah untuk menjaga stabilitas harga pangan dengan koordinasi antara Tim Pengendali Inflasi Pusat/Daerah (TPIP/D).
 
"Peran TPIP dan TPID telah berhasil menjaga inflasi volatile food. Kinerja baik ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Ke depan, tekanan inflasi terkait efek musiman khususnya musim penghujan masih harus diwaspadai bersama," pungkas Febrio.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan