Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan defisit anggaran ini merupakan imbas dari tren merosotnya penerimaan negara yang disertai tekanan perekonomian.
"Defisit akan mencapai 1,93 persen untuk keseluruhan sedikit lebih tinggi dari defisit yang dianggarkan dalam UU meski tidak terdefiasi terlalu jauh," ujarnya dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Kompleks Senayan, Jakarta, Selasa, 16 Juli 2019.
Ani menuturkan perkiraan defisit itu berdasarkan proyeksi belanja negara yang mencapai Rp2.341,6 triliun atau sebesar 95,1 persen dari pagu APBN 2019. Dari jumlah tersebut, belanja pemerintah pusat mencapai 93,4 persen sedangkan belanja Kementerian/Lembaga hampir 100 persen.
Untuk pendapatan negara diperkirakan lebih rendah dari belanja negara yakni Rp2.030,8 triliun atau sebesar 93,8 persen dari pagu APBN 2019 yang sebesar Rp2.165,1 triliun.
"Untuk belanja negara outlook keseluruhan belanja diperkirakan mencapai 95,1 persen, untuk belanja pemerintah pusat adalah 93,4 persen dan belanja K/L hampir 100 persen," imbuhnya.
Meskipun demikian, Menkeu meyakini kinerja fiskal sampai dengan semester I-2019 cukup baik ditandai dengan pendapatan negara yang tetap tumbuh dan kinerja belanja negara yang meningkat serta manajemen pengelolaan kas semakin baik ditandai dengan Silpa yang lebih rendah.
"Kinerja belanja negara mampu mendukung pertumbuhan ekonomi terutama konsumsi dan investasi disertai dengan penguatan kualitas output dan kinerja pelaksanaan khususnya pada transfer ke daerah dan dana desa," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id