Banjirnya dana asing ke pasar keuangan domestik tersebut utamanya berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp9,72 triliun. Demikian juga dengan pasar saham yang 'dijejali' modal asing sebanyak Rp1,99 triliun.
"Selama 2022, berdasarkan data setelmen sampai dengan 24 November, nonresiden jual neto (outflow) Rp165,71 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp75,40 triliun di pasar saham," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dikutip dari rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah, Sabtu, 26 November 2022.
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun turun ke level 98,52 basis poin (bps) per 24 November 2022 dari 108,61 bps per 18 November 2022. CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN.
Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
Sayangnya, banjirnya aliran modal asing dari pasar keuangan domestik tersebut tak mampu membuat nilai tukar rupiah perkasa di hadapan dolar AS. Mata uang Garuda tersebut semakin mendekati level Rp15.700 per USD.
Baca juga: BI: Pelemahan Rupiah Masih Lebih Baik Daripada Negara Lain |
Mengutip data Bloomberg pada Jumat, 25 November 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.672 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tipis tujuh poin atau setara 0,05 persen dari posisi Rp15.665 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.669 per USD. Rupiah juga turun tujuh poin atau setara 0,04 persen dari Rp15.662 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.668 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 21 poin dari Rp15.647 per USD di perdagangan sebelumnya.
Terkait hal tersebut, Erwin menekankan Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. "Serta terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," tutup dia.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News