| Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, Bank Mandiri Siapkan 12.958 ATM dan Uang Tunai Rp25 Triliun |
Para sejarawan sepakat, uang lahir bukan sebagai produk instan, melainkan jawaban atas keterbatasan sistem barter.
Apa itu Uang?
Uang tidak selalu memiliki nilai, baik itu diwakili oleh cangkang kerang, koin logam, selembar kertas, atau untaian kode yang ditambang secara elektronik oleh komputer.Nilai uang bergantung pada pentingnya yang diberikan orang padanya sebagai alat tukar, satuan pengukuran, dan tempat penyimpanan kekayaan.
Uang memungkinkan orang untuk memperdagangkan barang dan jasa secara tidak langsung. Ini membantu mengkomunikasikan harga dan nilai barang serta memberi individu cara untuk menyimpan kekayaan mereka.
Ini berharga sebagai satuan hitung, standar yang diterima secara sosial yang digunakan untuk menetapkan harga barang dan yang digunakan untuk menerima pembayaran. Namun, baik penggunaan maupun bentuk uang telah berkembang sepanjang sejarah.
Dalam Encyclopaedia Britannica, disebutkan sebelum mengenal uang, masyarakat awal melakukan pertukaran barang secara langsung.
"Barter adalah bentuk pertukaran paling awal, tetapi dibatasi oleh kebutuhan akan kesamaan ganda keinginan," tulis Britannica dalam ulasan Sejarah Uang.
Sistem barter diperkirakan mendominasi aktivitas ekonomi manusia hingga sekitar 3000 SM.
Namun, seiring meningkatnya produksi dan perdagangan, barter dinilai tidak lagi efisien. Antropolog dan ekonom David Graeber dalam bukunya Debt: The First 5,000 Years menyebut barter lebih sering muncul dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil.
"Ekonomi barter murni belum pernah ditemukan; sebaliknya, barter cenderung muncul di antara orang-orang yang sudah mengenal uang," tulis Graeber.
Pernyataan ini menegaskan bahwa uang muncul bukan karena barter sempurna, melainkan karena kebutuhan akan sistem nilai yang lebih terstruktur.
Uang Barang, Tahap Awal Standarisasi Nilai
Untuk mengatasi persoalan barter, berbagai peradaban mulai menggunakan uang barang. Di Mesopotamia, gandum dan jelai digunakan sebagai alat pembayaran, sementara di wilayah lain digunakan garam, ternak, atau kerang.Ensiklopedia Sejarah Dunia mengatakan bentuk awal uang adalah komoditas yang memiliki nilai intrinsik dan diterima secara luas dalam suatu komunitas. Namun, uang barang tetap memiliki kelemahan karena sulit disimpan dan tidak seragam nilainya.
Perubahan besar terjadi pada abad ke-7 SM, ketika Kerajaan Lydia memperkenalkan koin logam pertama di dunia. Koin ini memiliki berat dan kadar logam yang distandarkan serta dijamin oleh otoritas kerajaan.
Menurut Encyclopaedia Britannica Orang Lidia adalah yang pertama mencetak koin dengan berat dan kemurnian yang diatur yang kemudian menjadi dasar sistem moneter modern.
Inovasi ini mempercepat perdagangan lintas wilayah dan memperkuat peran negara dalam ekonomi.
Fenomena koin juga menjalar ke Tiongkok kuno. Pada awal Agustus 2021, para arkeolog Tiongkok dari Universitas Negeri Zhengzhou mengumumkan penemuan situs pencetakan koin tertua di dunia yang diketahui dan tanggalnya pasti di Guanzhuang, Provinsi Henan, Tiongkok.
Pabrik uang adalah fasilitas tempat mata uang dibuat. Sekitar tahun 640 SM, fasilitas ini mulai mencetak koin sekop, salah satu bentuk koin logam standar pertama.
Sejarawan ekonomi Niall Ferguson dalam The Ascent of Money menyebut penemuan koin sebagai salah satu inovasi teknologi terpenting dalam sejarah keuangan.
Dari Uang Kertas ke Uang Fiat
Inovasi berikutnya datang dari Tiongkok. Pada masa Dinasti Tang dan Song, uang kertas mulai digunakan secara luas karena perdagangan jarak jauh semakin berkembang.Ferguson mencatat uang kertas ditemukan di Tiongkok sebagai respons terhadap kepraktisan membawa koin logam dalam jumlah besar.
Eropa baru mengikuti langkah ini pada abad ke-17 melalui sistem perbankan modern.
Pada tahun 1260 M, Dinasti Yuan di Tiongkok beralih dari koin ke uang kertas.
Pada saat Marco Polo, seorang pedagang, penjelajah, dan penulis Venesia yang melakukan perjalanan melalui Asia di sepanjang Jalur Sutra, mengunjungi Tiongkok sekitar tahun 1271 M, kaisar Tiongkok sudah memiliki kendali yang baik atas pasokan uang dan berbagai denominasinya.
Memasuki abad ke-20, dunia beralih ke uang fiat, yakni uang yang nilainya ditopang oleh kepercayaan terhadap negara, bukan lagi cadangan emas.
Bank Indonesia dalam laman edukasinya menyebut, uang modern “berfungsi sebagai alat tukar, satuan hitung, dan penyimpan nilai yang sah.”
Evolusi yang Terus Berlanjut
Kemudahan di Era Modern Abad ke-21 melahirkan bentuk pembayaran baru yang diaktifkan dengan sentuhan jari Anda.Dikutip dari Investopedia, pembayaran seluler mengacu pada uang yang digunakan untuk membayar barang dan jasa. Mereka juga dapat digunakan untuk mentransfer uang ke individu lain, seperti anggota keluarga atau teman. Semua ini dapat dilakukan menggunakan perangkat elektronik portabel, seperti ponsel pintar atau tablet.
Bentuk pembayaran ini pertama kali muncul di Asia dan Eropa sebelum menyebar ke Amerika Utara. Dari pembayaran melalui pesan teks, teknologi berkembang untuk memungkinkan cek disetorkan menggunakan aplikasi kamera pada perangkat pintar.
Layanan pembayaran seluler seperti Apple Pay bersaing untuk meyakinkan pengecer agar menerima platform mereka untuk pembayaran di titik penjualan. Ada juga aplikasi yang didedikasikan untuk metode pembayaran ini, termasuk Venmo dan PayPal.
Mata uang virtual hanya tersedia dalam bentuk elektronik. Sebagai representasi digital dari uang, jenis mata uang ini disimpan dan diperdagangkan menggunakan aplikasi komputer atau perangkat lunak yang dirancang khusus.
Daya tarik mata uang virtual menawarkan janji biaya transaksi yang lebih rendah daripada mekanisme pembayaran online tradisional dan dioperasikan oleh otoritas terdesentralisasi, tidak seperti mata uang yang dikeluarkan pemerintah.
Bitcoin dengan cepat menjadi standar untuk mata uang virtual. Itu dirilis pada tahun 2009 oleh Satoshi Nakamoto, yang menggunakan nama samaran.Namun, perlu diingat bahwa mata uang virtual seperti Bitcoin tidak memiliki koin fisik karena diperdagangkan di bursa.
Meskipun Bitcoin tetap menjadi mata uang virtual yang paling populer dan paling mahal, mata uang virtual lainnya telah memasuki pasar. Mereka termasuk Ethereum, XRP, dan Dogecoin.
Kini, uang kembali berevolusi dalam bentuk uang digital, dompet elektronik, dan aset kripto. Meski bentuknya berubah, fungsinya tetap sama: mempermudah pertukaran dan menjaga kepercayaan dalam sistem ekonomi.
Sejarah menunjukkan bahwa uang bukan sekadar alat transaksi, melainkan refleksi dari kemajuan peradaban manusia. Dari gandum hingga kode digital, perjalanan uang adalah cerita tentang bagaimana manusia membangun kepercayaan dalam skala besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News