Direktur of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kebijakan itu untuk mengimbangi suku bunga bank sentral Amerika Serikat yang juga naik. The Fed menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya ke kisaran 3,00-3,25 persen.
"Kenaikan bunga acuan 50 bps jadi sinyal BI ingin mengimbangi naiknya suku bunga bank sentral AS," katanya kepada Medcom.id, Kamis, 22 September 2022.
Menurutnya, kebijakan ini juga untuk menahan nilai tukar rupiah agar tidak semakin terperosok.
"Rupiah juga tidak bisa bertahan apabila BI tidak naikkan bunga 50 bps," ujarnya.
Baca juga: Waduh! BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Dunia di 2022 Makin Seret |
Selain itu, kebijakan ini juga sebagai upaya untuk meredam kenaikan inflasi. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksikan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2022 akan berada di atas enam persen secara tahunan (year-on-year/yoy) akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama solar dan pertalite, serta peningkatan tarif angkutan.
"Ada kekhawatiran inflasi karena naiknya harga BBM cukup berbahaya sehingga respons BI menaikkan bunga cukup agresif," jelasnya.
Ia pun mengatakan, perkiraan ke depan BI akan menaikan bunga 50 basis poin lagi. Sehingga bunga acuan bisa saja menembus 4,75 persen hingga lima persen pada akhir 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News