Analis Trimegah Sekuritas Rovandi mengatakan, market akan antusias menyambut emiten teknologi digital yang akan melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO). Selain kapitalisasinya besar, nama brand juga sudah dikenal masyarakat.
"Market juga akan melihat sisi value pada perusahaan tersebut apakah murah atau mahal IPO-nya," kata dia kepada wartawan di Jakarta, Rabu, 7 Juli 2021.
Rovandi menyampaikan, strategi bisnis dengan IPO ini tentu akan membuat perusahaan digital dapat memperluas basis investasi para pemilik modal dalam negeri. Selain itu, dana yang terkumpul dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis perusahaan.
"Salah satu tujuan IPO sendiri adalah untuk mencari dana segar dan bisa menjadi dana tambahan untuk mengembangkan serta membesarkan nama/brand agar lebih terkenal lagi," ungkapnya.
Sejumlah perusahaan digital disebut-sebut tengah berencana melantai di pasar modal. Misalnya saja e-commerce Bukalapak yang akan menggunakan kode emiten BUKA, berencana melepas sebanyak-banyaknya 25 persen saham dari total modal yang disetor dan ditempatkan.
Selain itu, PT Trimegah Karya Pratama atau yang dikenal dengan merek dagang Ultra Voucher juga berencana di BEI pada Juli 2021. Perusahaan dengan kode UVCR ini akan melepas maksimal 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh, atau maksimal 500 juta lembar saham.
Berdasarkan prospek yang sudah dipublikasikan, saat ini UVCR sedang menjalankan periode bookbuilding dengan harga yang ditawarkan di rentang Rp100 sampai Rp130 per saham. Dengan demikian dana yang akan terkumpul ditargetkan sebesar Rp50 miliar hingga Rp65 miliar.
Ultra Voucher juga akan menerbitkan 250 juta Waran Seri I yang menyertai Saham Baru Perseroan atau sebanyak-banyaknya 16,67 persen. Waran Seri I diberikan bagi para pemegang Saham Baru dengan ketentuan setiap pemegang dua Saham maka berhak memperoleh satu Waran Seri I.
Chief Operating Officer & Co-Founder PT Trimegah Karya Pratama Riky Boy Permata mengatakan, dana hasil IPO ini akan digunakan untuk meningkatkan fundamental bisnis perseroan, yakni sekitar 36 persen untuk belanja modal termasuk pengembangan produk dan fitur.
"Sementara 34 persen untuk beban operasional termasuk penambahan sumber daya manusia, software, channel distribusi, dan 30 persen untuk peningkatan modal kerja termasuk pembelian persediaan voucher," ujar dia.
Secara fundamental, bisnis Ultra Voucher menunjukkan performa positif. Sepanjang 2020, laba bersih tahun berjalan tercatat melonjak 408,9 persen. Per Maret 2021, laba tahun berjalan tercatat Rp543,49 juta dengan total penjualan Rp194,48 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News