"Jelas sektor pertanian tidak kalah menarik dibanding sektor yang sedang booming seperti e-commerce dan digitalisasi di sektor keuangan. Buktinya emiten-emiten saham berbasis komoditas pertanian dan perkebunan tercatat mengalami kenaikan yang signifikan selama masa pandemi," kata pengamat ekonomi dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira dalam sebuah webinar, Kamis, 2 Desember 2021.
Bhima menjelaskan indeks agrikultur hingga November 2021 naik 22 persen selama satu tahun. Kenaikan ini sebaiknya dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan pembelian atau net buying pada saham pertanian dibandingkan memilih instrumen Surat Berharga Negara (SBN).
"So far dengan tingkat risiko yang sama, tidak ada yang bisa mengalahkan sektor pertanian. Jadi ini time to buy. Kalau yang sudah punya time to hold dan buy more. Jadi ini only the beginning, kalau terlambat masuk nanti harganya sudah kemahalan. Jadi sekarang harus masuk," imbuh dia.
Di sisi lain, industri pertanian memiliki potensi yang besar dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terbukti selama dua tahun terakhir sektor pertanian menjadi pilar utama lantaran konsisten tumbuh dan menyumbang 14,3 persen terhadap PDB pada kuartal III-2021.
"Dampak yang diciptakan oleh sektor pertanian juga terbukti mampu menampung tenaga kerja yang terdampak oleh pandemi. Ketika sektor usaha lainnya mengalami penurunan serapan tenaga kerja, sektor pertanian berhasil menyerap 29,5 persen total lapangan kerja,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News