"Perhatian pelaku pasar dan investor akan terfokus kepada bagaimana Xi akan mencoba untuk mengatasi masalah Evergrande. Turbulensi mungkin akan semakin kencang, dan tentu saja akan menambah tekanan terhadap para pemimpin Tiongkok," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa, 21 September 2021.
Evergrande memiliki utang sebesar USD300 miliar, utang terbesar di seluruh dunia dari perusahaan yang bergerak di sektor properti. Berpotensi untuk memberikan dampak terhadap perekonomian Tiongkok khususnya kenaikkan secara volatilitas pasar.
Raksasa properti ini mulai jatuh sejak pemerintah memberlakukan peraturan baru pada Agustus 2020, terkait batas total utang perusahaan properti. Akhirnya Evergrande mengandalkan prapenjualan atau prabayar untuk mendanai proyek-proyeknya dan membayar utangnya. Peraturan baru Tiongkok membuat Evergrande terpaksa menjual proyek-proyeknya dengan diskon tinggi.
Para ahli mengatakan, pengembang memiliki lebih dari 1 juta unit prabayar yang belum dibangun. Investor/pembeli rumah marah karena Evergrande menawarkan properti dan tempat parkir sebagai ganti rugi, bukan pembayaran tunai. Pembayaran obligasi berikutnya dari Evergrande akan terjadi pada hari Kamis pekan ini.
Sejauh ini pasar properti di Tiongkok secara residensial memberikan kontribusi sebesar 20 persen terhadap GDP, sementara aktivitas real estate secara umum berkontribusi sebesar 30 persen terhadap GDP.
"Saat ini ada sebesar 1,4 juta pemilik properti yang menunggu untuk mendapatkan properti dari Evergrande, dan hal ini berpotensi fraud secara cepat apabila tidak ditangani secara profesional dan hati-hati," terang Nico.
Evergrande memiliki 200 anak Perusahaan offshore, dan 2.000 di onshore, dengan total asset sekitar 2 triliun yuan atau setara dengan dua persen dari GDP Tiongkok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News