"Adaro akan berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan," ujar Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira, dikutip dari Antara, Jumat, 31 Juli 2020.
Menurut Febriati, memperhatikan kondisi pasar batu bara saat ini, maka Adaro Energy mengantisipasi penurunan produksi dengan kisaran 10 persen dibandingkan pencapaian tahun lalu, atau pada kisaran bawah target tahun ini, yaitu 54 juta-58 juta ton. Penurunan ini utamanya pada jenis batu bara thermal.
"Langkah ini sejalan dengan imbauan Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia atau APBI kepada para produsen batu bara di Indonesia untuk memangkas target produksi agar menyeimbangkan kondisi di pasar batu bara yang tertekan akibat pelemahan ekonomi global dan menurunnya kebutuhan listrik industri karena covid-19," tambahnya.
Adaro Energy akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan. Selain itu, Adaro Energy juga akan terus fokus terhadap upaya peningkatan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan efisiensi, serta eksekusi strategi demi kelangsungan bisnis dan mempertahankan kinerja yang solid.
Sebelumnya, harga batu bara acuan (HBA) bulan Juni kembali terkoreksi ke angka USD52,16 per ton akibat terdampak krisis pandemi covid-19. Angka tersebut turun tipis sebesar USD0,82 per ton dari Juni, yaitu USD52,98 per ton. Penurunan tersebut diakibatkan oleh sentimen yang sama di bulan lalu yaitu minimnya serapan pasar global terhadap permintaan pasokan batu bara Indonesia.
Pengurangan suplai batu bara dari Indonesia tak lepas dari adanya pengaruh kuat dari dampak covid-19 yang membatasi pergerakan ekonomi masing-masing negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News