Jakarta: Inflasi dan isu kenaikan suku bunga acuan Amerika membuat rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini. Sore ini, mata uang Garuda ditutup melemah 44 poin walaupun sebelumnya sempat menguat enam poin di level Rp14.598 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.554 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar Amerika Serikat menguat terhadap mata uang lainnya pada Kamis, karena investor mencerna indeks harga konsumen (IHK) AS, yang menunjukkan inflasi tetap tinggi tetapi telah mencapai puncaknya pada April. Namun, investor tetap khawatir tentang kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve.
"Inflasi AS sedikit mereda pada April sebesar 8,3 persen tetapi tetap mendekati level tertinggi 40 tahun. Data tidak mungkin menggagalkan rencana kebijakan moneter agresif Fed," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis, 12 Mei 2022.
Selain itu, berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), kinerja penjualan eceran pada April 2022 diperkirakan meningkat. Ini terindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2022 yang sebesar 219,3 atau naik 6,8 persen month on month (mom) dari 205,3 pada Maret 2022.
Bahkan, pertumbuhan pada April 2022 ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar 2,6 persen mom pada bulan Maret 2022. "Peningkatan ini didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat pada bulan Ramadan dan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri," ujarnya.
Kendati demikian, jika dibandingkan dengan kinerja penjualan April 2021, penjualan eceran pada April tahun ini diperkirakan turun 0,5 persen year on year (yoy). Pertumbuhannya juga lebih rendah dari pertumbuhan Maret 2022 yang bahkan bisa tumbuh positif 9,3 persen (yoy).
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp14.580-Rp14.640 per USD," pungkasnya.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar Amerika Serikat menguat terhadap mata uang lainnya pada Kamis, karena investor mencerna indeks harga konsumen (IHK) AS, yang menunjukkan inflasi tetap tinggi tetapi telah mencapai puncaknya pada April. Namun, investor tetap khawatir tentang kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve.
"Inflasi AS sedikit mereda pada April sebesar 8,3 persen tetapi tetap mendekati level tertinggi 40 tahun. Data tidak mungkin menggagalkan rencana kebijakan moneter agresif Fed," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis, 12 Mei 2022.
Selain itu, berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), kinerja penjualan eceran pada April 2022 diperkirakan meningkat. Ini terindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2022 yang sebesar 219,3 atau naik 6,8 persen month on month (mom) dari 205,3 pada Maret 2022.
Bahkan, pertumbuhan pada April 2022 ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar 2,6 persen mom pada bulan Maret 2022. "Peningkatan ini didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat pada bulan Ramadan dan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri," ujarnya.
Kendati demikian, jika dibandingkan dengan kinerja penjualan April 2021, penjualan eceran pada April tahun ini diperkirakan turun 0,5 persen year on year (yoy). Pertumbuhannya juga lebih rendah dari pertumbuhan Maret 2022 yang bahkan bisa tumbuh positif 9,3 persen (yoy).
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp14.580-Rp14.640 per USD," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id