Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Masih Dihadang Pandemi, Perusahaan Reasuransi Garap Strategi Jitu

Ade Hapsari Lestarini • 21 Januari 2022 17:01
Jakarta: PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) menjalankan sejumlah strategi jitu sehingga mampu mempertahankan peringkat atau rating di tengah hadangan dampak dari pandemi covid-19. Fitch Ratings Indonesia mempertahankan peringkat National Insurer Financial Strength (IFS) TuguRe di 'A+(idn)' dengan outlook stabil.
 
Peringkat IFS Nasional A+ menunjukkan kapasitas yang kuat untuk memenuhi kewajiban pemegang polis terhadap semua kewajiban atau penerbit lain di negara atau serikat moneter yang sama, di semua industri dan jenis kewajiban.
 
Peringkat tersebut mencerminkan kapitalisasi yang memuaskan, profil perusahaan yang moderat dan kinerja underwriting yang volatil dibandingkan dengan pelaku domestik lainnya. Hal ini juga mencerminkan risiko investasi yang terbatas dan pengelolaan risiko bencana yang memadai di pasar Indonesia yang rawan bencana.

Presiden Direktur Tugure Adi Pramana menjelaskan, keberhasilan pihaknya mempertahankan predikat tersebut tidak terlepas dari upaya jangka panjang Perseroan. Sejak 2018, jelas dia, perseroan telah mengubah pola pencadangan menjadi lebih konservatif.
 
Langkah itu, jelas dia, memberikan perubahan yang cukup signifikan bagi kinerja perseroan pada 2019. Selain itu, kebijakan itu mampu menjaga kinerja perusahaan di tengah merebaknya pandemi covid-19 yang turut memengaruhi secara masif kondisi ekonomi nasional dan bahkan global.
 
"Ketika pandemi, pendapatan menurun. Namun, cadangan yang lebih konservatif itu bisa menutupi, pengurangan pendapatan pada 2020," jelasnya, dilansir Antara, Jumat, 21 Januari 2022.
 
Selain kebijakan tersebut, Adi menjelaskan, Tugure juga menyeimbangkan portofolio bisnis, khususnya untuk lini reasuransi umum, saat pandemi melanda. Pihaknya mengubah portofolio bisnis, terutama pada asuransi kebakaran atau properti, sehingga pada 2021 komposisinya lebih berimbang dibandingkan lini bisnis lainnya. Tugure juga aktif mengantisipasi dampak pandemi pada sejumlah lini bisnis asuransi, khususnya asuransi kredit.
 
"Kami lebih defensif atau antisipatif di underwriting. Artinya, sebelum kejadian lebih mengantisipasi. Misalnya di asuransi kredit, kami lebih selektif, atau industri-industri yang berpotensi terhantam pandemi kami kurangi," jelasnya.

Pengelolaan investasi

Pada saat yang sama, Adi mengatakan pihaknya seringkali memanfaatkan momentum untuk pengelolaan investasi pada 2020 dan 2021. Pendapatan investasi pada periode tersebut, jelas dia, cukup bisa memberikan hasil yang baik.
 
"Mungkin beberapa tahun terakhir kami tidak melambung tinggi secara laba, tetapi karena dari segi pencadangan konservatif, kami lebih antisipatif," ungkapnya.
 
Kapitalisasi Tugure, diukur dengan rasio modal berbasis risiko (risk based capital/RBC), mencapai 213 persen pada akhir September 2021 atau berada di atas persyaratan minimum yakni 120 persen (akhir 2020: 226 persen).
 
Tugure pun telah mempertahankan RBC-nya di atas 200 persen selama tiga tahun terakhir. Padahal, nilai modal absolut perseroan lebih kecil dibandingkan dengan beberapa reasuransi domestik dan internasional di Asia Tenggara.
 
Fitch menempatkan profil perusahaan Tuguee sebagai 'Sedang' berdasarkan profil bisnis 'Sedang' dan tata kelola perusahaan 'Sedang/Menguntungkan' dibandingkan dengan reasuransi domestik lainnya.
 
Sekitar 90 persen bisnis Tugure berasal dari segmen nonjiwa dan sebagian besar bisnisnya bersumber dari Indonesia. Rasio gabungan nonjiwa Tugure rata-rata sebesar 105,2 persen selama 2018-2020. Rasio itu meningkat menjadi 107,5 persen pada akhir September 2021 (2020: 105,7 persen) di tengah klaim yang lebih tinggi dari lini bisnis onshore dan kesehatan karena dampak pandemi covid-19.
 
Namun, perusahaan berupaya untuk meningkatkan praktik penjaminan emisi melalui portofolio bisnis yang selektif, persyaratan tambahan dan penetapan harga untuk meminimalkan rasio klaim. Adapun, return on equity Tugure rata-rata sebesar dua persen selama 2018-2020, didukung oleh pendapatan investasi.
 
"Fitch menganggap risiko investasi Tugure terbatas mengingat eksposur yang dapat dikelola terhadap aset berisiko. Selain itu, portofolio investasinya tetap likuid dengan kas, setara kas, dan sekuritas pendapatan tetap menyumbang sekitar 75 persen dari aset yang diinvestasikan pada akhir September 2021. Portofolio investasi yang tersisa terdiri dari berbagai instrumen, termasuk saham dan reksa dana," paparnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan